Palu (Antaranews Megapolitan) - Polisi akan menindak tegas bagi siapa saja yang melakukan penjarahan, khususnya toko-toko di Kota Palu, Sulawesi Tengah, pascagempa bumi dan tsunami yang melanda daerah itu, Jumat (28/9) lalu.
"Kita akan melakukan penindakan tegas, bila sudah merugikan, apalagi kalau menyangkut tindak pidana," kata Juru bicara Polda Sulteng, AKBP Hery Murwono dalam jumpa pers bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI dan Pemprov Sulteng di Markas Korem 132/Tadulako, Palu, Selasa.
Hery mengatakan saat ini pihak Polda Sulteng telah mendapatkan bantuan personil dari Polda Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo, untuk mengamankan titik-titik yang sudah ditentukan.
Hal senada disampaikan kepala BNNP, Willem R, berdasarkan keterangan Kapolri akan dikerahkan 1.400 personel bantuan lagi, dimana yang telah tiba 200 personel.
Baca: Pemakaman massal dimulai, 832 orang meninggal akibat gempa di Palu-Donggala
Baca: BNPB: Sebanyak 420 orang tewas akibat gempa di Palu
Pascagempa bermagnitudo 7,4 pada skala Ritcher, Jumat (28/9) lalu, sejumlah swalayan, toko, hingga gudang penyimpanan menjadi sasaran penjarahan masyarakat, yang mengaku belum mendapatkan bantuan dari pemerintah.
"Sebelum ada bantuan, kami akan mengambil bahan makanan di toko-toko yang ditingalkan mengungsi oleh pemiliknya," kata salah seorang warga, usai mengambil bahan makanan seperti beras dan mie, di salah satu pusat swalayan di Kota Palu.
penjarahan yang dilakukan secara terang-terangan di siang hari itu pun, hanya menjadi tontonan masyarakat sekitar.
Warga lainnya, Iksan mengaku ikut menjarah swalayan, hanya untuk mencari susu formula dan popok bayi, untuk anaknya berumur enam bulan.
"Kalau untuk kami yang dewasa, makan mie sudah cukup, namun anak saya butuh susu, dan bantuan pemerintah belum juga datang," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Kepala Kepolisian RI Komjen Pol Ari Dono Sukmanto mengatakan sedikitnya 35 orang pelaku penjarahan toko di Palu, Sulawesi Tengah, telah ditangkap polisi.
Baca: PMI tambah bantuan untuk korban gempa-tsunami Palu
Baca: Warga Kabupaten Sigi Sulteng butuh bantuan makanan dan minuman segera
Setelah terjadi bencana gempa dan tsunami, beberapa toko di Palu dijarah oleh beberapa pelaku yang memanfaatkan situasi yang kacau saat itu.
Komjen Ari Dono di Jakarta, Selasa, menceritakan situasi di Palu saat awal-awal pasca bencana terjadi. Pada hari pertama usai terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami, tidak ada satupun toko makanan atau warung yang buka.
Warga yang kelaparan akhirnya mengambil paksa makanan dan minuman dari sejumlah toko. "Warung tidak ada yang buka. Perut lapar," ucapnya.
Pada hari kedua, kata Ari, bantuan berupa makanan sudah mulai berdatangan. Namun, polisi masih memberikan toleransi kepada warga yang mengambil berbagai stok produk makanan dan pakaian karena distribusi bantuan belum merata.
"Masih ada peristiwa (penjarahan) seperti kalau ambil makanan, pakaian, kami tolerir. Tapi kalau ambil laptop, uang, kami lakukan penegakkan hukum," ujarnya.
Ia pun menegaskan para pelaku penjarahan yang mengambil barang bukan berupa makanan dan pakaian akan diproses hukum dengan pasal pidana pencurian.
"Kalau orang mencuri, ditangkap, diperiksa bukti-bukti, dilimpahkan ke pengadilan. Dalam hal ini ada pemberatan karena dilakukan saat bencana," tuturnya.
Ia pun memastikan bahwa para pelaku penjarahan adalah warga setempat. "(Pelaku) warga sini, bukan warga luar Palu. Karena akses ke Palu saat itu terputus," ungkapnya.
Ini kata polisi tentang penjarahan usai gempa Palu
Selasa, 2 Oktober 2018 22:58 WIB
Kita akan melakukan penindakan tegas, bila sudah merugikan.