Jakarta (ANTARA) - Museum Manusia Purba Sangiran yang dikelola Museum dan Cagar Budaya (MCB) Kementerian Kebudayaan menghadirkan replika fosil manusia purba hingga fosil asli fauna Pleistosen dalam pameran yang digelar di Museum De Tjolomadoe, Karanganyar, Jawa Tengah.
“Kolaborasi antara Museum Manusia Purba Sangiran dan Museum De Tjolomadoe menjadi langkah strategis dalam memperluas akses publik terhadap warisan budaya, memperkaya pengalaman wisata edukasi, serta memperkuat posisi museum sebagai ruang dialog budaya yang dinamis,” kata Kepala Museum dan Cagar Budaya Kementerian Kebudayaan Abi Kusno dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Pameran bertajuk Sangiran, Sekarang Sambang Masa Lalu, Songsong Masa Depan, itu bekerja sama dengan Museum De Tjolomadoe. Pameran berlangsung mulai tanggal 28 Agustus 2025 hingga satu tahun ke depan, dilengkapi dengan instalasi serta narasi edukatif yang dirancang agar pengunjung dapat merenungkan perjalanan panjang evolusi manusia.
Melalui pendekatan ini, publik diharapkan mampu memahami masa lalu sebagai sumber inspirasi dalam menyongsong masa depan. Pameran ini diselenggarakan dalam rangka mempromosikan serta memperkenalkan warisan budaya kepada masyarakat.
Baca juga: Temuan fosil gajah purba di Situs Patiayam dibuatkan replika untuk objek wisata di Kudus
Baca juga: Penemuan fosil gajah purba elephas bakal dijadikan objek wisata Situs Patiayam
Baca juga: Pemkab Gunungkidul lakukan pembangunan Taman Parkir Gunung Api Purba Nglanggeran
Melalui pendekatan inovatif, pengunjung diajak menyambangi masa lalu untuk lebih memahami jati diri dan nilai kebudayaan, serta menyongsong masa depan dengan semangat pelestarian dan inovasi.
Pameran Sangiran, Sekarang Sambang Masa Lalu, Songsong Masa Depan mengambil tiga tema besar yang menggambarkan lini masa perjalanan manusia purba.
Tema pertama, ‘Sangiran, Sekarang’ menonjolkan koleksi unggulan dari lima klaster utama Museum Sangiran: Klaster Krikilan, Klaster Ngebung, Klaster Bukuran, Klaster Dayu, serta Klaster Manyarejo, dilanjutkan dengan tema ‘Sambang Masa Lalu' pengunjung pun diajak untuk menelusuri evolusi manusia dan lingkungan, sekaligus bagaimana kondisi Sangiran pada 2,4 juta tahun yang lalu. Pameran diakhiri dengan tema ketiga ‘Songsong Masa Depan’ yang menggambarkan Sangiran tidak berhenti sebagai situs penelitian, tetapi juga terus berkembang sebagai pusat ilmu pengetahuan, pariwisata, dan inspirasi global.
Penanggung Jawab Unit Museum Manusia Purba Sangiran Marlia Yulianti Rosyidah menjelaskan bahwa pameran ini menjadi kesempatan berharga untuk menghadirkan Sangiran lebih dekat dengan masyarakat.
