Jakarta (ANTARA) - Ondel-ondel joget di lapangan,
Musik tanjidor bikin semangat.
Di Monas rakyat kumpul barengan,
Rayain HUT Jakarta penuh semangat!
Begitulah kira-kira suasana Minggu pagi ini, 22 Juni 2025 yang bertepatan dengan HUT ke-498 Kota Jakarta dari sudut Monumen Nasional, Jakarta Pusat.
Seperti pada tahun sebelumnya, perayaan didahului dengan gelaran upacara yang menjadi momen refleksi sekaligus ajakan untuk terus menjaga semangat kebersamaan, keberagaman, dan inovasi dalam membangun Jakarta yang lebih baik.
Gubernur Jakarta Pramono Anung dan Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno yang sudah tiba beberapa menit menjelang acara, kompak mengenakan pakaian Ujung Serong berwarna hitam.
Rangkaian kegiatan upacara HUT Jakarta yang tahun ini mengusung tema "Jakarta Kota Global dan Berbudaya" diawali dengan dibunyikannya terompet pertama sebagai tanda dimulainya rangkaian kegiatan perayaan.
Selanjutnya, terompet kedua dibunyikan, menandakan prosesi defile (parade) peserta upacara yang menampilkan semangat keberagaman masyarakat Jakarta dari berbagai unsur mulai dari TNI, Polri, pelajar, hingga para instansi.
Turut berpartisipasi para pasukan warna-warni DKI Jakarta termasuk Pasukan Putih (tenaga kesehatan untuk melayani warga yang punya ketergantungan berat), Pasukan Oranye (Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum/PPSU), Pasukan Kuning (Penyedia Jasa Lainnya Perorangan/PJLP Dinas Bina Marga), Pasukan Hijau (PJLP Dinas Pertamanan dan Hutan Kota, Pasukan Hijau-Oranye (Dinas Lingkungan Hidup), dan Pasukan Biru (Dinas Sumber Daya Air).
Tak lama, tarian kolosal dari Dinas Kebudayaan dihadirkan, menggambarkan perjalanan penuh sejarah perjuangan dan perubahan, dari nama Sunda Kelapa, Jayakarta hingga kini menjadi Jakarta. Setiap masa menyimpan kisah perlawanan, kejayaan, dan semangat masyarakat.
Sejak berabad yang lalu, pelabuhan menjadi gerbang utama jalur rempah di seluruh Indonesia. Di tanah Betawi yang kelak menjadi ibu kota negara. Pelabuhan Sunda Kelapa layaknya sebuah gerbang di mana sang syahbandar menjaga dan memimpin perdagangan rempah, demikian narasi awal tarian.
Pada tahun 1526, datang dari lautan kapal-kapal bangsa asing dari negeri seberang nan jauh di sana. Pasukan Portugis yang dipimpin Laksamana Francisco De Sa tiba di Sunda Kelapa untuk mengendalikan perdagangan rempah. Agresi pun dilakukan untuk melancarkan niatnya.
Tak terima rakyat ditindas, Pangeran Fatahillah mengerahkan pasukan dari Cirebon, Banten dan Demak untuk merebut kembali Sunda Kelapa.
Pasukan Portugis menggunakan senjata pedang, bedil, dan meriam dilengkapi topi baja. Sementara pasukan Islam menggunakan tombak, keris dan meriam.
Penjajah kalah telak dan Sunda Kelapa kembali direbut oleh Fatahillah tahun 22 Juni 1527. "Aku namakan wilayah ini Jayakarta yang bermakna kemenangan yang agung", teriak Fatahillah.
Sejarah Kota Jakarta berawal dari Bandar bernama Sunda Kelapa yang berganti menjadi Jayakarta, kemudian mengalami perluasan wilayah saat bernama Batavia di era Kolonial, lalu menjadi Jakarta Tokubetsu Shi saat era penjajahan Jepang, kemudian menjadi Jakarta secara resmi 1949.
498 tahun kemudian, semangat membangun kota terus menyala melalui berbagai program para pemimpin, termasuk di era Pramono Anung dan Rano Karno.
Program terbaru, pembukaan taman kota 24 jam, hadirnya Pasukan Putih, akses air bersih meluas, akses gratis tempat wisata untuk pemegang Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus hingga semakin diberdayakannya Budaya Betawi sebagai identitas Kota Jakarta.
"Betawi never dies", celetuk narator.
Kini, Jakarta menuju 500 tahun bukan hanya ingin menjadi kota global yang dikenal dunia tetapi juga menjadi kota yang menyejahterakan warganya.
Usai tarian kolosal, upacara pun dimulai, dipimpin Pramono Anung sebagai inspektur upacara. Lagu kebangsaan "Indonesia Raya" lalu dikumandangkan, diikuti mengheningkan cipta, pembacaan teks Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.
Kota Global dan Berbudaya
Nonton lenong di Gondangdia,
Terbahak-bahak sepanjang cerita.
Hari ini penjuru kota berbahagia,
Rayakan pergantian usia Kota Jakarta.
Demikian pantun dari Pramono mengawali amanat upacaranya. Dia mengatakan momentum ini bukan hanya menjadi perayaan pergantian usia, tetapi sekaligus sebagai refleksi atas perjalanan panjang, tantangan dan arah masa depan kota Jakarta.

Pram mengingatkan, kota Jakarta yang tumbuh menjadi pusat pemerintahan dan kini akan bertransformasi sebagai pusat perekonomian nasional dan kota global. Pembangunan pun hadir di setiap sudut kota.
Di usia hampir 500 tahun, Jakarta menguatkan posisi di panggung dunia dan upaya besar dilakukan untuk mengantarkan Jakarta masuk top 50 kota global.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan visi pembangunan 2025-2029 yaitu Jakarta kota global dan pusat perekonomian yang berdaya saing berkelanjutan dan mensejahterakan seluruh warganya. Sebuah visi yang menjadi arah pijakan menyeluruh dan terukur tanpa meninggalkan akan budaya dan jati dirinya, kata Pram.
Adapun melalui tema perayaan HUT Jakarta tahun ini "Jakarta Kota Global dan Berbudaya", mencerminkan komitmen pertumbuhan dan transformasi Jakarta sebagai kota global selalu berjalan beriringan dengan pelestarian budaya dan kearifan lokal.
Pramono menyebutkan budaya menjadi penanda kekhasan Jakarta sekaligus daya tarik dalam memperkenalkan wajah Indonesia kepada dunia.
Semangat berkolaborasi, gotong royong, toleransi, inklusivitas menjadi nilai hidup yang membentuk karakter serta modal bagi Jakarta untuk terus tumbuh dan berkembang menuju kota global yang berkelanjutan.
Sebagai wujud Komitmen tersebut, Pemprov DKI mencanangkan berbagai inisiatif sebagai bagian dari pelestarian budaya yakni menghidupkan kembali kawasan Blok M melalui program Blok M rasa Jakarta Citra ASEAN.
Ini untuk mendorong revitalisasi dan rebranding terminal Blok M sebagai ruang yang memadukan fungsi perbelanjaan, hiburan, budaya dan kolaboratif kreatif.
Pemprov DKI menginisiasi rangkaian "Road to Jakarta 500" dengan mengaktifkan kembali ruang sejarah seperti kota tua sebagai panggung ekspresi budaya
Lalu, melaksanakan program Betawi bangkit, Jakarta berbudaya, untuk meningkatkan pariwisata melalui promosi dan mengembangkan ekosistem budaya Betawi, peluncuran Jakarta Tourist Pass, penonjolan tema serta ikon Betawi di berbagai sudut Jakarta.
Di bawah kepemimpinan Pram-Doel, fokus pembangunan disasarkan dalam tiga hal yakni membangun Jakarta dari bawah secara partisipatif, menyempurnakan program-program yang sudah berjalan, dan merespon aspirasi warga terhadap persoalan kota.
Adapun dalam 100 hari, sejumlah hal yang sudah dilakukan antara lain penyaluran Kartu Jakarta pintar (KJP) plus tahap pertama, Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul tahun 2025, pemutihan ijazah, akses gratis ke berbagai destinasi wisata bagi pemegang KJP Plus.
Kemudian penyerahan kunci kampung susun bayam kepada keluarga kelompok tani, perluasan akses air bersih, penyediaan layanan transportasi MRT LRT TransJakarta gratis bagi 15 golongan masyarakat.
Ke depannya, kata Pram, arah pembangunan Jakarta akan berbasis pada teknologi, inklusivitas, keberlanjutan, dan tata kelola yang adaptif.
Bayangan terhadap Jakarta nantinya adalah kota hidup 24 jam dengan taman, perpustakaan, museum, dan planetarium sebagai ruang interaksi, rekreasi sehat bagi warga.
Nongkrong di Blok M bareng tetangga
Nikmatnya sambil ngopi dan bercerita
Terima kasih untuk seluruh warga
Yang udah bareng-bareng bangun Jakarta, Dirgahayu Jakarta
Demikian pantun Pramono untuk mengakhiri pidatonya.
Usai upacara rampung diadakan, perayaan HUT Jakarta berlanjut dengan persembahan hiburan, termasuk lantunan lagu "Cikini Gondangdia".
Rangkaian HUT Jakarta dilanjutkan rapat paripurna DPRD DKI Jakarta, lalu jamuan dan resepsi yang mengundang para duta besar negara sahabat.
Malam puncak HUT ditutup dengan sajian hiburan istimewa di Lapangan Banteng, yang akan dimeriahkan oleh sejumlah artis ternama seperti Wali, JKT 48, Andien, Diskoria, Sandy Sandhoro. Panggung hiburan juga diselenggarakan di Kawasan Kota Tua.