Bogor (Antaranews Megapolitan) - Anemia gizi besi (AGB) merupakan masalah gizi mikro yang paling banyak terjadi di dunia, diderita oleh lebih dari dua milyar orang atau 30 persen dari populasi dunia.
Remaja berisiko mengalami anemia karena merupakan periode pertumbuhan pesat kedua setelah bayi, serta terjadinya menstruasi.
Prevalensi anemia gizi pada kelompok usia remaja (15-24 tahun) secara nasional adalah 18,4 persen, itu menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2013.
Dampak AGB pada remaja di antaranya terganggunya pertumbuhan dan perkembangan, kelelahan, meningkatnya kerentanan tubuh terhadap infeksi, mengurangi kemampuan fisik serta kemampuan akademik.
Tiga orang peneliti dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Yeti Susanti, Dodik Briawan dan Drajat Martianto melakukan sebuah percobaan pemberian suplementasi besi secara mingguan serta kombinasi mingguan dan harian untuk melihat pengaruhnya dalam meningkatkan hemoglobin pada remaja putri.
"Penelitian kuasi eksperimental ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan efektivitas tiga cara pemberian suplementasi besi terhadap perubahan kadar hemoglobin pada remaja putri," ujar Dodik.
Tiga kelompok intervensi menerima suplemen besi (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat) selama 14 minggu di Kabupaten Tasikmalaya pada bulan Maret-Juni 2015. Kelompok tersebut masing-masing menerima suplemen besi secara mingguan (M), mingguan dan setiap hari selama 10 hari menstruasi (M+Mens), serta mingguan disertai pendidikan gizi (M+PG).
Dari hasil pengamatannya, peneliti ini menemukan bahwa peningkatan kadar hemoglobin tidak memiliki perbedaan yang nyata pada semua kelompok perlakuan.
Peneliti ini mengungkapkan bahwa pemberian suplementasi besi dapat menurunkan prevalensi anemia masing-masing sebesar 15,8 persen (M), 18,0 persen (M+Mens), dan 4,9 persen (M+PG). Suplementasi besi secara mingguan memiliki efektivitas yang sama dengan mingguan dan selama menstruasi dalam meningkatkan kadar hemoglobin pada remaja putri.
"Rata-rata kepatuhan konsumsi suplemen sangat rendah pada kelompok M+Mens dibandingkan kelompok M dan M+PG. Peningkatan kadar hemoglobin tidak berbeda nyata pada ketiga kelompok perlakuan. Suplementasi besi secara intermittent (M dan M+PG) memiliki efektivitas yang sama dengan kombinasi mingguan dan selama menstruasi (M+Mens) yang diterapkan Kemenkes selama ini dalam meningkatkan kadar hemoglobin," ungkap Dodik.
Peneliti ini menyarankan agar suplementasi besi pada remaja sebaiknya diberikan secara intermittent (mingguan).
"Hasil penelitian ini menunjukkan suplementasi besi pada remaja lebih baik dilakukan secara intermittent (M dan M+PG) dengan tambahan manfaat yaitu tingginya kepatuhan konsumsi suplemen," ujarnya. (ir/nm)