"Hanya sumber daya manusia yang terampil dan produktif yang dapat menjawab tantangan dan menyelesaikan masalah," kata Presiden RI ketiga Prof B.J Habibie yang juga tokoh ilmu pengetahuan Indonesia dalam buku berjudul Kisah Perjuangan dan Inspirasi B.J Habibie karangan Weda S Atman.
Indonesia tercipta dengan kekayaan hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil, berada di garis khatulistiwa, matahari yang bersinar konstan 12 jam setiap hari. Anugerah ini menjadikan Indonesia sebagai paru-paru dunia, ditumbuhi jutaan flora.
Salah satu paru-paru dunia itu berada di jantung Ibu Kota Bogor, Jawa Barat. Kebun Raya tertua di Asia Tenggara itu merupakan surga kecil di dunia, dari awal pendiriannya menjadi pencetus lahirnya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
"Berdirinya Kebun Raya Bogor pada tanggal 18 Mei 1817 merupakan tahapan (milestone) yang sangat penting bagi Indonesia," kata Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI Didik Widyatmoko pada peringatan 200 tahun Kebun Raya Bogor, Mei 2017.
Upaya melestarikan alam yang menjadi salah satu ruh pendirian Kebun Raya Bogor telah dimulai Bangsa Indonesia sejak lama. Berdasarkan Prasasti Batutulis yang terletak di Bogor Selatan, Kebun Raya Bogor merupakan hutan samida (hutan buatan) yang dibangun oleh Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi, Raja Kerajaan Pajajaran.
Hutan samida dibangun untuk menjaga kelestarian lingkungan serta tempat untuk memelihara benih-benih kayu yang langka.
Kini Kebun Raya Bogor memiliki lima fungsi selain sebagai pusat penelitian, pengembangan konseervasi eks situ, juga sebagai sarana pendidikan lingkungan, jasa lingkungan, dan wisata. Kelima fungsi telah berjalan selaras selama dua abad.
Pendirian Kebun Raya Bogor
Setelah Kerajaan Pajajaran ditaklukkan oleh Kesultanan Banten, hutan samida kemudian dibiarkan begitu saja. Hingga tahun 1745 Gubenur Jenderal Belanda Gustaaf Williem Baron van Imhoff membangun rumah peristirahatan di salah satu sudutnya.
Rumah peristirahatan itupun diberi nama "Buitenzorg" yang artinya `bebas dari masalah atau kesulitan`. Buitenzorg kini menjadi Istana Bogor yang jadi tempat tinggal Presiden Joko Widodo.
Pengembangan Kebun Raya bukan tanpa dasar, ketika perang Napoleon terjadi di Eropa tahun 1811, Belanda kalah dari Inggris sehingga daerah kekuasaannya di Hindia Belanda jatuh ke tangan negara Ratu Elizabeth itu.
Pada masa itu, Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles mendiami rumah peristirahatan Boitenzorg. Raffles dikenal memiliki minat besar terhadap botani, dibantu William Kent, ia mengembangkan halaman bangunan Buitenzorg menjadi kebun cantik bergaya Inggris.
Akhir perang Napoleon tahun 1816 ketika Belanda mendapatkan kembali negara jajahan Hindia Belanda dari Inggris, negara kincir angin tersebut mengalami kelesuan, termasuk di bidang ekonomi. Pemerintah Ratu Wilhelmina mulai berpikir untuk mencari potensi sumber daya alam Hindia Belanda.
Pemerintah Belanda mengirim orang-orang terbaiknya G.A.G.P Baron van der Capellen, Cornelis Theodorus Elout, dan A.A. Buyskens beserta Prof Caspar George Carl Reinwardt, seorang penasehat yang juga bertugas sebagai Direktur Urusan Pertanian, Kesenian, Ilmu Pengetahuan Jawa dan pulau-pulau sekitarnya ke Hindia Belanda.
Setiba di Jawa, Reinwardt memulai riset dalam bidang ilmu tumbuh-tumbuhan. Menyelidiki berbagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan. Ia mengumpulkan semua tanaman yang dikumpulkannya dalam ekplorasi tumbuhan di halaman belakang Istana Gubernur Jenderal Buitenzorg.
Pada tanggal 15 April 1817 Reinwardt mencetuskan gagasan mendirikan kebun raya kepada Gubernur Jenderal G.A.G.P Baron van der Capellen. Hingga tanggal 18 Mei 1817 secara resmi didirikan kebun raya di Bogor dengan nama "IsLands Plantentuin te Buitenzorg" ditandai dengan penancapan ayunan cangkul pertama.
Dibantu James Hooper, Reinwardt mempimpin pembangunan kebun raya seluas 47 hektare di sekitar Istana Gubernur Jenderal. Tanaman, dan benih-benih yang dikumpulkannya dari bagian lain Nusantara ditanam di Kebun Raya itu.
Selain tumbuhan Nusantara, Reinwardt mengirim tumbuhan dari luar negeri, salah satunya tanaman vanili (Vanilla planifolia) yang berasal dari Meksiko.
Selama lim tahun Reinwardt mengembangkan Kebun Raya, 1822 kepemimpinan Kebun Raya beralih ke Dr. Ludwig Blume seorang belatar belakang kedokteran yang memberikan perhatian pada masalah tanaman obat.
Blume melakukan investigasi tanaman koleksi Kebun Raya kemudian mendata seluruh koleksinya, menamai serta memberikan label identitas. Tahun 1823 terbitlah buku "Catalogus van eenigete vinden in`sLands Plantentuin te Buitenzorg" katalog pertama koleksi Kebun Raya karya Blume mencakup 921 tanaman.
"Walau hanya empat tahun memimpin Kebun Raya, Blume berperan sangat besar dalam memperbaiki organisasi dan memajukan ilmu pengetahuan," kata Didik.
Kiprah Kebun Raya Bogor
Sepeninggal Blume ke Belanda 1826 terjadi kekosongan posisi direktur Kebun Raya, kondisi keuangan pemerintah Belanda mengalami krisis, seorang kurator James Hooper ditunjuk mengelola Kebun Raya.
Johannes Elias Teijsmann masuk mengisi kekosongan jabatan pengelola Kebun Raya, membawa perubahan besar menata ulang tumbuhan koleksi berdasarkan tatanan klasifikasinya, yaitu dikelompokkan berdasarkan sukunya, sesuai dengan sistem klasifikasi seorang botanis Austria bernama Stephan Endlicher.
Dibantu asisten kurator, Justus Carl Hasskarl, ahli botani, penataan ulang dilakukan dari tahun 1837 sampai 1844. Hasskarl mengumpulkan buku-buku untuk menunjang kegiatan Kebun Raya. Sebanyak 25 buku dibelinya, hingga dibentuk perpustakaan Bibliotheca Bogoriense yang sekarang menjadi Perpustakaan Pertanian.
Tahun 1839, Teijsmann membuat tiga kebun kecil di lereng Gunung Gede untuk aklimatisasi tumbuhan subtropis seperti pohon Kina (Cinchona pahudiana) sebagai obat malaria.
Penanaman Kina bukan tanpa alasan, karena saat itu terjadi wabah malaria di daerah-daerah koloni Eropa. Teijsmann ditunjuk melakukan ekspedisi ke Peru, Amerika Serikat, untuk mengambil benih pohon Kina agar dapat ditanam di pulau Jawa karena memiliki iklim sama seperti dataran Andes, tempat hidup alami Kina.
Januari 1868 terjadi transformasi Kebun Raya di bawah kepemimpinan R.H.C.C Scheffer. Ia memiliki peranan penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Bogor. Di masa kepemimpinannya, Scheffer melakukan relokasi tanaman bernilai ekonomi sehingga fokus Kebun Raya adalah tanaman untuk penelitian murni.
Scheffer juga berusaha memajukan pertanian rakyat dengan cara membuat sekolah pertanian di Tjikeumeuh untuk bangsa pribumi dan bangsa Eropa.
Setelah Scheffer wafat, kepemimpinan Kebun Raya digantikan oleh Melchior Treub, seorang pemimpin yang tegas, ambisius dan perfeksionis. Memiliki ambisi memajukan Kebun raya agar terkenal di dunia internasional.
Pada tahun 1892 Treub memperluas Kebun Raya ke arah anak sungai Ciliwung, sehingga luasnya bertambah menjadi 60 hektare. Di masa itu Kebun Raya mengalami kemajuan yang pesat.
Treub memprakarsai berbagai penelitian, salah satunya pada tahun 1882 dilakukan penelitian terhadap penyakit pada Kopi dan penyakit sereh pada Tebu yang merupakan komoditas penting bagi perekonomian Belanda.
Kepemimpinan Kebun Raya Bogor terus beganti, terhitung mulai tahun 1918 dipimpin W.M Docters van Leeuwen, lalu K.W Dammerman, berganti lagi dengan L.G.M Baas Becking, lalu T.H van den Honert, terjadi pasang surut.
Tahun 1940 hingga 1943 ketika Belanda menyatakan menyerah tanpa syarat ke Jepang, kepemimpinan Kebun Raya diambil alih Prof Takenoshi Nakai. Pada masa itu, untuk mendapatkan suplai kayu, tentara Jepang berniat untuk mengambil alih kayu dari Kabun Raya Bogor.
Prof Nakai berusaha mempertahankan Kebun Raya Bogor. Melakukan penelitian lebih banyak di bidang pertanian, seperti plasma nutfa, koleksi ilmiah, dan varietas unggul.
Tahun 1945 Indonesia merdeka, hingga Februari 1950 diterbitkan dekrit untuk menasionalisasi lembaga-lembaga ilmu pengetahuan termasuk `sLands Plantetuin menjadi Djawatan Pusat Penyelidikan Alam, lalu berganti nama menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LPPA) yang menjadi cikal bakal LIPI di mana Kebun Raya Bogor salah satu dari anak lembaganya.
Tahun 1950 Kusnoto Setyodiwiryo menjadi pribumi pertama yang memimpin Kebun Raya. Kusnoto mengembangkan Kebun Raya di luar pulau Jawa seperti Bali yang menjadi Kebun Raya pertama karya Bangsa Indonesia.
Kepemimpinan Kusnoto digantikan Sudjana Kassan tahun 1956. Di tahun 1962 LPPA bergangi nama menjadi Lembaga Biologi Nasional (LBN) di bawah naungan Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI).
Agustus 1967 pemerintah membubarkan MIPI lalu membentuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berdasarkan Keputusan MPRS No. 18/B/1967 yanb menjadi hari lahirnya LIPI Agustus 1967.
Perjalanan panjang telah dilalui Kebun Raya Bogor. Pasang surut perkembangannya bermula dari lahan seluas 47 hektare, kini mencapai 87 hektare. Bermula dari kebun raya hanya berjumlah 921 tanaman koleksi menjadi 14.057 tanaman pada tahun 2016.
Didik Widyatmoko mengatakan waktu berlalu, zaman berubah, kebutuhan dan tantangan semakin kompleks, dan saat ini Kebun Raya Bogor telah berkembang fungsinya, tidak hanya sebagai tempat aklimatisasi tumbuhan tropika, tetapi telah menjelma menjadi institusi konservasi eks situ yang promine, dengan fungsi yang lebih luas, meliputi konservasi, penelitian, pendidikan lingkungan, pariwisata, dan penyedia jasa lingkungan.
"Kebun Raya telah berdiri sebagai selusi permasalahan bangsa yang mampu menjembatani dan mengakomodasi kepentingan konservasi dan ekonomi (pemberdayaan masyarakat)," kata Didik.
Menurutnya Kebun Raya Bogor kini siap menapaki milenium baru dengan karya-karya yang lebih signifikan. Peran dan jasa Kebun Raya Bogor tidak hanya mengembangkan ilmu pengetahuan di Indonesia juga diseminasi hasil penelitiannya ke masyarakat luas.
Cikal bakal penyebaran kelapa sawit di dataratan Asia bermula di Kebun Raya Bogor. Bermula penanaman kelapa sawit pada masa kepemimpinan Johannes Elias Teijsmann (1830-1880) yang mendatangkan empat pohon indukan sawit dari Afrika Barat.
Sejak itu indukan sawit beranak pinak dan terus berkembang, selain di Indonesia kelapa sawit yang ditanam di Malaysia, Thailand berasal dari indukan yang sama ditanam di Kebun Raya Bogor.
Menandai keberhasilan pengembangan kelapa sawit di Kebun Raya Bogor didirikan Monumen Kelapa Sawit. Menjadi pengingat bagaimana diseminasi iptek telah membawa kemaslahatan bagi umat manusia.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto memandang kehadiran Kebun Raya Bogor dari sudut yang lebih luas yakni sebagai simbol keberagaman yang harus dijaga dan dipelihara demi kenyamanan dan keindahan.
"Kebun Raya Bogor bukan hanya sebagai ruang terbuka hijau yang harus dijaga, tetapi simbol keberagaman," kata Bima.
Dua abad Kebun Raya Bogor membuktikan upaya konservasi dan pembangunan ekonomi masyarakat berjalan beriringan. Kebun Raya juga berfungsi secara ekologi menjadi lumbung air, paru-paru kota, dan stok karbon di tengah hiruk pikuknya pertumbungan pembangunan.
Dua Abad Diseminasi Iptek Kebun Raya Bogor
Senin, 6 November 2017 19:09 WIB
Berdirinya Kebun Raya Bogor pada tanggal 18 Mei 1817 merupakan tahapan (milestone) yang sangat penting bagi Indonesia.