Jakarta (ANTARA) - Kegiatan diskusi buku foto yang bertajuk “Sebalik Depok dan Chow Kit: Lensa Kecil Merekam” oleh PBC Kuala Lumpur (Photobook Club), dan LAT (Lensa Anak Terminal) dari Indonesia, dengan pembicara Faisal Aziz, pendiri PBC Malaysia dan Setyo Manggala, pendiri LAT di Riwayat Bookstore, Malaysia.
Kegiatan berupa diskusi buku foto dan proyek fotografi sosial melalui dua judul buku foto, Lensa Anak Terminal vol. I & II yang diterbitkan oleh Lensa Anak Terminal, serta Eyes That Speak yang diterbitkan oleh Buku Jalanan Chow Kit.
Acara ini menyoroti kekuatan fotografi sebagai medium untuk melibatkan anak-anak dari kelompok kurang mampu dan tidak memiliki kewarganegaraan, dengan mengeksplorasi dua lokalitas unik—Depok, Indonesia, dan Chow Kit, Malaysia.
“Tujuan acara ini untuk mendorong dialog antara dua lokalitas—Depok dan Chow Kit—tentang penggunaan fotografi sebagai alat untuk bercerita dan pemberdayaan," kata Setyo Manggala, Founder LAT dalam keterangannya, Rabu.
Fokusnya adalah bagaimana buku foto dan fotografi dapat memberikan suara kepada anak-anak dari latar belakang kurang mampu, mengubah perspektif mereka, dan memperkuat cerita mereka. Faisal Aziz hadir untuk berbagi wawasan tentang buku foto dan perannya dalam menceritakan kisah membangun komunitas.
“Kegiatan berlangsung di Riwayat Bookstore, sebuah ruang yang didedikasikan untuk diskusi sastra, seni, dan budaya. Diskusi berlangsung melalui hidup antara kedua pembicara, disertai dengan presentasi proyek mereka. Peserta memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam sesi tanya jawab, menjadikan acara ini interaktif dan penuh wawasan,” tambah Al Fanny Panestika Co-Founder LAT.
“Dalam kegiatan diskusi, saya berperan sebagai pemandu acara. Dari LAT, saya belajar bahwa kita harus peka memperhatikan hal-hal kecil disekitar kita, dan kreativitas itu terbentuk tanpa batas.
Proses Pembuatan buku LAT karya anak-anak di Depok itulah contohnya, buku tersebut diproduksi secara manual, anak-anak memakai majalah, koran dan barang bekas dalam menghias buku LAT.
" Kegiatan ini, menyadarkan saya bahwa, hanya karena kita tidak melakukan apa yang biasanya orang lakukan, belum tentu hasilnya buruk, bahkan hasilnya dapat lebih memiliki banyak makna,” ujar Putie Hikari, Founder JejakBaik.
“Di Malaysia, saya turut serta bersama para aktivis karya dan kemanusian dari LAT dalam memberikan materi, arahan, serta mendampingi anak-anak menjelajahi Kuala Lumpur, menempuh jarak hingga 12 km untuk mengambil gambar setiap harinya,katanya.
Kami kemudian, mencetak foto-foto hasil karya anak-anak. Lalu, anak-anak membuat buku foto buatan tangan, menggunakan kertas daur ulang untuk memamerkan hasil karya mereka sendiri.
"Kegiatan ini menjadi sarana untuk menyadarkan tentang pentingnya seni sebagai bentuk ekspresi diri dan pemberdayaan bagi komunitas marjinal, “ tutup Putie Hikari, siswa kelas X Binus School Bekasi.
Diskusi buku foto, karya kemanusiaan dari dua negara
Rabu, 1 Januari 2025 19:56 WIB