Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan Indonesia terus mendukung upaya pemulihan ekonomi Suriah di tengah konflik bersenjata dan sanksi asing yang dihadapi negara itu.
Pernyataan itu ia sampaikan saat melakukan dengan Menteri Luar Negeri Suriah Bassam Al-Sabbagh di sela-sela Sidang ke-79 Majelis Umum PBB di New York, Jumat (27/9) waktu setempat.
Retno mengatakan ada potensi besar yang dapat diraih dengan memperkuat kerja sama bilateral dengan Suriah di berbagai sektor, termasuk ekonomi.
“Kami melihat potensi besar dalam sektor pekerjaan umum dan konstruksi di mana perusahaan-perusahaan BUMN Indonesia dapat berkontribusi,” katanya, menurut pernyataan tertulis Kemlu RI yang diterima pada Sabtu.
Baca juga: Indonesia komitmen ciptakan dunia bebas senjata nuklir
Baca juga: Kutuk serangan Israel ke Lebanon, Menlu Retno Marsudi: Jangan jadi 'new normal'
Kedua menlu membahas upaya bersama untuk meningkatkan interaksi antara masyarakat kedua negara, melalui program beasiswa dan pelatihan seni bela diri, serta memajukan Islam moderat.
Retno juga mengapresiasi kerja sama dengan pemerintah Suriah dalam proses repatriasi pelaku teroris asing (FTF) Indonesia dari negara tersebut.
Ia juga menekankan bahwa keselamatan WNI yang bekerja dan tinggal di Suriah penting untuk dipastikan oleh otoritas setempat.
Sebagai bentuk komitmen penguatan kerja sama diplomatik antara kedua negara, Retno dan Al-Sabbagh dalam pertemuan pada Jumat menandatangani perjanjian bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas antara kedua negara.
Baca juga: Menlu sebut penanganan Mpox perlu kerja sama berbagai negara
Selain isu kerja sama bilateral, kedua menlu juga disebutkan membahas persoalan Palestina yang telah menyebabkan peningkatan konflik di kawasan Timur Tengah.
Untuk itu, Retno dan Al-Sabbagh sepakat bahwa Indonesia dan Suriah akan terus memberi tekanan kepada Israel agar menghentikan kejahatan kemanusiaan di Palestina serta mendorong dunia supaya tak pandang bulu menegakkan hukum internasional.