Citeureup, Bogor, 4/3 (ANTARA) - PT Indocement Tunggal Prakarsa (Tbk), produsen semen "Tiga Roda" mengembangkan jiwa wirausaha masyarakat sekitar pabrik dengan pelatihan menjahit garmen.
"Untuk pelatihan angkatan kesembilan tahun 2012 ini, ada 56 peserta pelatihan wakil dari 12 desa binaan," kata Sekretaris Perusahaan Indocement Sahat Panggabean kepada ANTARA di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Ia menjelaskan bahwa pelatihan itu telah dimulai pada 29 Februari dan akan berlangsung hingga 3 April mendatang, yang dipusatkan di Balai Desa Pasirmukti, Kecamatan Citeureup dan "base camp" Indocement pabrik Citeureup.
Dalam pelatihan tersebut, katanya, perusahaan semen terbesar kedua di Indonesia --setelah PT Semen Gresik milik pemerintah--itu, pihaknya bekerja sama dengan Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK) Indah Jaya Kabupaten Bogor, yang punya kompetensi dalam pelatihan menjahit.
"Setelah mengikuti pelatihan, setiap peserta akan diberikan sertifikat kelulusan dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bogor," katanya menambahkan.
Selama pelatihan, kata dia, peserta mendapatkan sejumlah materi di antaranya pengenalan mesin jahit "high speed", pasang jarum, "spool" dan sekoci, jahit maju-mundur dan zig-zag.
Di samping itu, jahit kantong tempel, jahit kantong bobok, jahit kerah, menyambung, stik balik dan mengunci jahitan, serta jahit jarum 2 dan obras.
Tujuan pelatihan yang sudah mencapai sembilan angkatan itu, menurut dia, adalah sebagai program pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta meningkatkan hubungan baik antara Indocement dengan masyarakat sekitar.
"Dengan pelatihan semacam ini, perusahaan juga ikut serta memupuk serta meningkatkan jiwa wirausaha masyarakat desa sekitar pabrik," katanya.
Ia menambahkan, bagi perusahaan garmen yang berminat, pihaknya mempersilakan untuk merekrut peserta yang telah dilatih tersebut sebagai tenaga kerjanya.
Kegiatan tersebut, kata Sahat Panggabean, merupakan realisasi dari pilar pendidikan, salah satu dari lima pilar yang mendasari kegiatan bina lingkungan sebagai program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) Indocemenet.
Sementara itu, pimpinan LPK Indah Jaya Sukodim menjelaskan bahwa industri garmen baik di Kabupaten Bogor maupun Jakarta dan Banten, selalu membutuhkan banyak tenaga kerja yang punya keterampilan menjahit itu.
"Seringkali permintaan akan tenaga kerja penjahit untuk garmen yang mencapai ribuan, tidak bisa dipenuhi, sehingga peserta pelatihan ini bisa langsung terserap pasar kerja," katanya.
Menurut Sukodim, umumnya penyerap tenaga kerja penjahit itu sudah menerapkan aturan baku dengan standar UMK (upah minimum kabupaten).
Dua peserta pelatihan, Denny Saputra dan Yulia dari Desa Pasir Mukti mengaku ikut pelatihan itu untuk meningkatkan keterampilan menjahit yang lebih baik.
"Sebelumnya kami juga sudah bekerja menjahit, namun gaji yang diterima di bawah UMK, sehingga kami berharap setelah pelatihan bisa terserap industri garmen," kata Denny.