Bogor, 22/9 (ANTARA) - Setiap tahun Indonesia kehilangan Rp36 triliun akibat pembalakan liar berskala besar yang kayunya diselundupkan ke luar negeri, kata Humas Center for International Forestry Research (CIFOR) Budhy Kristanty.
"Praktik pembalakan liar berskala besar mendatangkan kerugian bagi Indonesia, yang mencapai hingga empat miliar dolar Amerika," kata Budhy Kristanty di Bogor, Kamis.
Budhy Kristanty mengatakan, sebagian besar kayu hasil pembalakan liar dari berbagai penjuru Tanah Air dikirimkan ke luar negeri.
Dikatakannya, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi lahan kritis di penjuru Indonesia. Pada tahun 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan pengurangan emisi gas rumah kaca Indonesia sebesar 26 persen pada tingkat bisnis pada 2020 dan sebesar 41 persen dari bantuan internasional.
Norwegia telah berkomitmen untuk menyumbang satu miliar dolar Amerika untuk mendukung Indonesia mencapai target tersebut dan ditindaklanjuti oleh Pemerintah Indonesia dengan mengeluarkan moratorium selama dua tahun konsesi dari sektor hutan mulai Mei 2011.
Menurut Budhy Kristanty, sektor kehutanan memiliki potensi ekonomi yang besar bagi Indonesia. Setiap tahun sektor ini menyumbangkan pendapatan hingga delapan miliar Amerika atau setara dengan Rp72 triliun.
"Sektor kehutanan secara langsung mampu menyerap tenaga kerja hingga 1,5 juta orang," ujar Budhy Kristany menjelaskan.
Karena itu, untuk meningkatkan konservasi dan menjaga kelangsungan kelestarian hutan Indonesia, CIFOR mendorong agar masyarakat lokal dilibatkan dalam pengawasan hutan dan diberdayakan secara ekonomi.
Dalam "Konferensi Masa Depan Hutan dan Perubahan Iklim Indonesia" yang digagas CIFOR pada 27 September mendatang di Jakarta, berbagai isu seputar pembalakan liar dan pengawasan hutan berbasis partisipasi komunitas lokal akan dijadikan sebagai materi bahasan utama.
A Fahir