Cilacap (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) di Cilacap untuk meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan nelayan terhadap dinamika cuaca yang kian tidak menentu akibat perubahan iklim yang memicu risiko kecelakaan laut.
Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah II Hartanto setelah pembukaan SLCN 2025 di Pendopo Wijayakusuma Sakti Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Selasa, mengatakan kegiatan tersebut bertujuan membekali nelayan dengan kemampuan membaca informasi cuaca, memahami peringatan dini, serta menentukan keputusan melaut yang aman.
“Perubahan iklim memicu banyak ketidakpastian cuaca, sehingga nelayan harus memahami kapan kondisi aman dan kapan harus menunda keberangkatan,” katanya.
Baca juga: BMKG berupaya tingkatkan kesiagaan hadapi bencana lewat sekolah lapang
Ia mengatakan sekolah lapang juga menjadi langkah antisipasi untuk menekan potensi kecelakaan di wilayah perairan Cilacap yang kerap dipengaruhi gelombang tinggi dan angin kencang.
Ia menyebut materi yang diberikan di antaranya cara membaca prakiraan cuaca, memahami peringatan dini, serta mengenali indikator risiko sebelum melaut.
Ia menegaskan salah satu persoalan di lapangan yakni masih adanya nelayan yang tetap berangkat meski sudah ada peringatan cuaca buruk.
Dia mengatakan seluruh wilayah Jawa Tengah kini memasuki musim hujan dengan potensi peningkatan curah hujan pada Januari–Februari, sehingga kondisi tersebut dapat memicu gelombang tinggi di selatan Jawa serta potensi bencana hidrometeorologi di daratan.
Ia mengimbau masyarakat aktif mengakses informasi melalui aplikasi InfoBMKG yang menyajikan prakiraan cuaca hingga level desa, peringatan dini 10 harian, tiga harian, harian, hingga peringatan tiga jam sebelum kejadian.
Baca juga: BMKG tingkatkan literasi iklim di kalangan petani guna cegah krisis pangan
“Informasi sudah lengkap, tinggal bagaimana masyarakat aktif memanfaatkannya,” kata Hartanto.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Indarto mengatakan program SLCN penting karena informasi cuaca harus menjangkau lebih banyak nelayan.
“Setiap pelatihan hanya diikuti sekitar 70 peserta, sementara jumlah nelayan Cilacap mencapai 18 ribu orang. Karena itu kami berharap peserta dapat menyebarkan informasi kepada rekan-rekan mereka,” katanya.
Menurut dia, kecelakaan laut masih terjadi meski peringatan telah diberikan.
Oleh karena itu, kata dia, nelayan diharapkan tidak hanya mengejar lokasi ikan, juga mengutamakan keselamatan saat cuaca tidak mendukung.
"Kami berharap edukasi cuaca bagi nelayan dilakukan berkelanjutan agar risiko kecelakaan laut dapat ditekan dan kegiatan penangkapan ikan berlangsung produktif namun tetap aman," kata dia.
Baca juga: Dwikorita: Perubahan iklim ancam ketahanan pangan Indonesia
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Bagus Pramujo mengatakan kegiatan SLCN diselenggarakan bukan sekadar sebagai pelatihan biasa.
"Acara ini merupakan sebuah wadah strategis yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan melaut, memaksimalkan hasil tangkapan, mendorong pemanfaatan teknologi informasi, serta membangun kemandirian nelayan dalam mengakses dan memanfaatkan informasi cuaca dari BMKG," katanya.
Dia menyebut kegiatan diikuti 71 peserta terdiri atas 61 nelayan dari berbagai wilayah di Kabupaten Cilacap dan 10 personel dari dinas/instansi terkait.
Ia mengatakan materi pokok pelatihan mencakup pengenalan SLCN, pengantar meteorologi maritim, pengenalan dan diseminasi informasi cuaca maritim, serta materi tambahan dari Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap.
