Depok (ANTARA) - Sebagai seorang pendidik sekaligus kepala sekolah di sebuah sekolah swasta, Nardianto (54) telah menjadi saksi perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia, khususnya dalam penggunaan layanan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.
Alasan Nardianto mulai bergabung menjadi peserta JKN berawal dari istrinya yang merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki jaminan Asuransi Kesehatan (Askes) dan ikut mendaftarkan Nardianto sebagai peserta.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2014 Askes berubah nama menjadi BPJS Kesehatan dan semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya perlindungan kesehatan dengan terdaftar sebagai peserta JKN di berbagai segmen kepesertaan. Senin (21/07).
Baca juga: JKN bantu pengobatan anemia wanita muda asal Bogor
“Saya sudah terdaftar sebagai peserta JKN sudah dari tahun 2000 sejak jamannya Askes, lalu tahun 2014 berubah nama menjadi BPJS Kesehatan. Awalnya masih gabung ikut istri, tapi setelah bekerja disini saya terdaftar mandiri dari perusahaan. Jadi setiap bulan gaji saya sudah terpotong untuk bayar iuran JKN. Selama kurang lebih 25 tahun menjadi peserta JKN, akses dan pelayanan kesehatan yang diberikan semakin membaik dari waktu ke waktu. Perkembangan zaman dan teknologi membuat BPJS Kesehatan juga ikut meluncurkan layanan administrasi online melalui Whatsapp Pandawa dan antrean online dari aplikasi Mobile JKN yang memudahkan pesertanya. Alhamdulillah meskipun saya jarang sakit, tetap merasa tenang dan butuh punya jaminan kesehatan,” ujar Nardianto.
Saat ditemui oleh Tim Jamkesnews, Nardianto juga membagikan pengalamannya ketika memanfaatkan layanan Program JKN untuk berobat. Saat itu lebaran tahun 2022, sang istri harus menjalani rawat inap di salah satu rumah sakit akibat penyakit yang di deritanya.
Nurdianto mengungkapkan bahwa istrinya cukup sering menggunakan layanan JKN untuk berobat. Ternyata tak hanya sang istri, anak terkasihnya juga sempat mengalami penurunan kesehatan sehingga harus berujung dirawat juga.
Baca juga: Dian ajak masyarakat daftar JKN, karena telah merasakan manfaatnya
Semua keluarga Nardianto yaitu istri dan dua anaknya sudah terlindungi oleh Program JKN, sehingga untuk menghadapi kondisi seperti ini sudah tidak panik lagi karena ada fasilitas kesehatan (faskes) yang menjadi tempat tujuan untuk mendapatkan penanganan pertama.
“Kesehatan saya sekeluarga sudah terlindungi dengan adanya Program JKN. Alhamdulillah jarang digunain, tapi terakhir istri dan anak saya sempat masuk rumah sakit. Waktu itu lagi lebaran, tiba-tiba kondisi istri saya drop dan langsung dibawa ke rumah sakit. Sempat dirawat selama empat hari dan mendapatkan antibiotik intensif juga, tapi setelah itu kami minta rawat jalan saja karena dirasa kondisi sudah membaik bukan karena pelayanannya yang kurang bagus ya. Jadi pemberitaan tentang pasien JKN hanya boleh dirawat selama tiga hari itu tidak benar, buktinya istri saya sudah dirawat empat hari masih disarankan untuk bedrest dan dipantau terus perkembangan kesehatannya oleh dokter di rumah sakit. Jadi kalau kondisinya belum membaik ya tidak dibolehkan pulang juga,” cerita Nardianto.
Dalam kesempatan itu, ia juga turut menyampaikan pandangannya tentang persepsi negatif sebagian masyarakat terhadap diskriminasi pelayanan peserta JKN di rumah sakit. Berdasarkan pengalaman istri dan anaknya yang pernah dirawat, tidak pernah sama sekali mereka mendapatkan pelayanan yang kurang baik karena status mereka sebagai pasien JKN.
Baca juga: Ria bersyukur, JKN bantu obati asam lambung
Menurut Nardianto, dokter, perawat sampai dengan petugas administrasi memberikan pelayanan prima. Karena puas dengan manfaat yang diberikan, Nardianto juga menggunakan layanan JKN untuk perawatan gigi.
Sebagai penutup, ia menekankan bahwa BPJS bukanlah sistem jual beli, melainkan sebuah bentuk gotong royong. Nardianto berpesan kepada masyarakat agar tidak menunda mengaktifkan BPJS dan jangan hanya mengandalkan asuransi swasta saja.
“Jadi sebenarnya tidak ada perbedaan layanan yang diberikan saat berobat pakai JKN, beberapa kali saya berobat selalu dilayani dengan baik. Misalkan pun ada diskriminasi layanan, kita ternyata bisa loh melaporkan ke petugas BPJS Siap Membantu (BPJS Satu) yang bertugas di rumah sakit tersebut. Atas dasar kepercayaan saya pada Program JKN ini, saya juga perawatan gigi seperti tambal gigi di faskes mitra BPJS Kesehatan. Pelayanannya baik, tapi fasilitasnya mungkin perlu ditingkatkan. Pesan saya ke masyarakat, sakit dan kecelakaan datang tanpa permisi. Program JKN ini bentuk perlindungan dan tanggung jawab sosial kita kalau kita sehat. Tapi kalau tidak sedang kita gunakan, itu artinya melalui iuran yang dibayarakan kita sedang membantu saudara kita yang sakit. Jangan mikir rugi, justru itu sedekah kita untuk sesama,” tutupnya.
