Jakarta (ANTARA) - Pakar hubungan internasional (HI) Universitas Padjadjaran (Unpadj) Teuku Rezasyah menyatakan Indonesia perlu mulai mengembangkan energi nuklir untuk tujuan damai dalam menghadapi keterbatasan bahan bakar fosil dan meningkatnya industrialisasi.
"Nuklir bukan hanya untuk energi, namun juga untuk kesehatan dan riset medis," kata Reza kepada ANTARA di Jakarta, Minggu malam.
Oleh karena itu, lanjutnya, Indonesia harus menyampaikan pesan yang jelas kepada dunia bahwa pengembangan nuklir Indonesia sepenuhnya untuk tujuan damai, patuh pada standar dan pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) serta berkomitmen pada Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
Baca juga: Olimpiade Nasional MIPA 2025 diikuti 260 mahasiswa dari 96 perguruan tinggi
Menurutnya, pesan ini penting agar dunia memahami bahwa Indonesia adalah negara yang bertanggung jawab.
Secara historis, Indonesia telah memiliki fondasi nuklir sejak 1950-an, dengan reaktor penelitian Kartini di Yogyakarta, fasilitas penelitian di Bandung dan berbagai pusat riset lainnya.
"Kini saatnya Indonesia naik ke tingkat yang lebih tinggi —menjadi negara dengan kapasitas nuklir damai, berkontribusi pada keamanan energi, kesehatan, dan stabilitas global", katanya.
Ia mengatakan Indonesia harus tampil sebagai contoh negara yang menggunakan teknologi nuklir secara aman, transparan, dan bertanggung jawab, serta menjadi penyumbang keamanan bagi dunia.
Baca juga: Ekspedisi Buru ungkap potensi alam dan budaya
Reza menjelaskan beberapa negara telah mengembangkan kemampuan nuklir tanpa membuka fasilitasnya untuk inspeksi internasional secara penuh.
"Dalam konteks ini, Indonesia berada pada posisi yang berbeda. Kita telah memiliki berbagai perjanjian internasional yang mengatur penggunaan nuklir secara damai, transparan, dan bertanggung jawab," katanya.
Diketahui bahwa Indonesia memiliki Perjanjian Lombok dengan Australia, yang menegaskan komitmen kedua negara terhadap kerja sama keamanan, termasuk prinsip penggunaan teknologi sensitif —seperti nuklir— semata-mata untuk tujuan damai.
"Ini menunjukkan bahwa sejak awal, pendekatan Indonesia adalah keterbukaan dan kepatuhan terhadap aturan internasional," ucapnya.
Baca juga: Universitas Padjadjaran peroleh tambahan kuota KIP Kuliah dan jamin penyalurannya tepat
Awal pekan ini, Presiden Indonesia Prabowo Subianto melakukan kunjungan ke Pakistan, negara dengan kapasitas nuklir.
Indonesia juga berada di kawasan yang berdekatan dengan India, China, serta negara-negara dengan teknologi nuklir maju seperti Jepang dan Korea Selatan.
Hal itu dapat diartikan bahwa Indonesia hidup di lingkungan strategis yang menuntut kejelasan sikap dan kredibilitas kebijakan.
"Karena itu, kini saat yang tepat bagi Indonesia untuk menyampaikan pesan tegas kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang mengembangkan kapasitas nuklir untuk tujuan damai, bersahabat, dan bertanggung jawab," katanya.
