Bogor (Antaranews Megapolitan) - Memang tidak semua alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerja pada bidangnya. Sekalipun tidak pada bidangnya, justru banyak sekali alumni yang sangat kompeten dengan “bidang barunya” tersebut. Ini bukti bagaimana IPB bisa menyiapkan lulusannya untuk bisa beradaptasi dengan segala macam kondisi dan tuntutan. Hal ini disampaikan oleh Prof.Dr. Ono Suparno, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB dalam “Talkshow 30 Cinta Cerita Inspiratif Alumni” di Balairung Abdul Muis Nasution, Kampus IPB Dramaga (12/5).
“Untuk itu, mahasiswa IPB perlu memperhatikan dan mengasah kemampuan komunikasi dan ketahanan bekerja di bawah tekanan,” ujarnya.
Talkshow ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Reuni Perak Angkatan 30 yang puncaknya akan dilangsungkan pada hari Minggu tanggal 9 September 2018 di Lapangan Takol Baranangsiang. Khusus untuk 30 Cinta Fateta, kegiatan ini dikolaborasikan dengan acara RAM (Reds’s Academic Month) 2018. Ketua Panitia RAM, Ardani Lukman, sangat mengapresiasi dukungan dari alumni terhadap pelaksanaan acara mulai dari persiapan hingga berakhirnya acara. Banyak pelajaran yang dapat diambil.
Dalam talkshow ini, beberapa alumni sukses hadir di depan 300 lebih peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen dan alumni IPB. Mereka adalah Leonard Samosir (Anchor Metro TV), Miftah (TMMIN/KADIN/APINDO), Lunar Parisa (Asean Regional NPS Procurement Recitt Benckiser), Dwi Rizki Triani (Entrepreneur) dan Yuan Yudistira (Clinical Hypnotherapist).
Semua narasumber berbagi kisah nyata dan memberikan inspirasi yang sangat membangun bagi mahasiswa. Terutama dalam era serba cepat, penuh persaingan dan dengan adanya tambahan bonus demografi yang tidak dapat lagi dihindari. Bukan hanya kisah sukses, namun juga kisah perjuangan sampai menjadi seperti sekarang.
Triani, pemilik PT. Selaras Rasakoe Indonesia ini harus jatuh bangun dalam membangun bisnisnya. Mulai dari hanya mengerjakan 200 kilogram tepung bumbu per hari, sampai akhirnya dapat memproduksi 2 ton per hari. Triani tidak pernah putus asa, selalu memiliki kepercayaan dan tetap semangat dalam memajukan usahanya.
Sementara itu menurut Lunar Parisa, modal andalannya adalah kepercayaan diri, berani tampil berbeda, dan memberikan full passion terhadap pekerjaan. Aktivis kampus asal Tasikmalaya ini memulai karirnya sejak lulus kuliah sampai sekarang di perusahaan asing.
“Bekerja dengan orang asing dengan banyak budaya, memerlukan ketangguhan dan strategi tersendiri. Bagi saya, masa kuliah di IPB sebenarnya memberikan modal dasar dalam menghadapi keberagaman budaya. Dan sejak kuliah, mahasiswa sebenarnya sudah dikenalkan dengan banyak budaya (karena IPB merupakan salah satu kampus yang terdiri dari mahasiswa dari hampir seluruh daerah di Indonesia),” ujarnya.
Kisah inspiratif lainnya datanga dari Dwi Rizki yang biasa dipanggil Iki. Iki muda ketika kuliah sangat mudah dikenali karena secara fisik terbilang gemuk. Namun dengan niat yang luar biasa, Iki berhasil menurunkan berat badan puluhan kilogram dalam waktu singkat dan tetap sehat. Menariknya, teknik yang digunakan sebenarnya sudah dipelajari sejak awal kuliah, yaitu tentang gizi dan pangan.
“Mahasiswa sebenarnya dapat belajar bahwa kita tidak akan dapat memahami atau bahkan memanfaatkan ilmu yang didapat jika tidak “mengimaninya” dan menjalankannya dalam kehidupan keseharian. Tidak cukup hanya sekedar mengejar nilai, karena kehidupan selanjutnya tidak hanya ditentukan oleh angka di sebuah kertas,” imbuhnya.(shm/zul)
Cerita cinta dari alumni Fateta IPB angkatan 30
Rabu, 20 Juni 2018 5:19 WIB
Mahasiswa IPB perlu memperhatikan dan mengasah kemampuan komunikasi dan ketahanan bekerja di bawah tekanan.