Makkah (ANTARA) - Ratusan haji dari berbagai negara berjalan cepat, bahkan sebagian berlari kecil, saat memasuki stasiun kereta metro Al Mashaaer Al Mugaddassah (Mashaaer) di Terminal Mina 1, Makkah, Arab Saudi, Sabtu (7/6).
Meski peron stasiun berada di lantai 2, namun langkah sebagian besar jamaah haji lincah, dengan ayunan langkah mantap menapaki urutan anak tangga.
Meski masih harus menjalani rangkaian rukun dan wajib haji, namun sebagian besar laki-laki sudah melepas kain ihram karena mereka telah keluar dari ihram, usai tahallul (memotong minimal tiga helai rambut), setelah melempar tujuh batu kecil (jamrah) ke tiang jamarat aqobah. Namun sejumlah rangkaian haji masih harus diselesaikan lagi.
Setelah tiba di peron lantai 2, jamaah haji itu berpencar menuju tempat mengantre masuk kereta. Tanda dan penunjuk arah di area peron sangat membantu jamaah yang hampir, bahkan posisi pintu kereta pun diberikan tanda khusus saat di peron.
Hanya menunggu sekian menit, rangkaian kereta berwarna hijau muda itu masuk ke stasiun. Puluhan petugas haji dari Saudi Arabian Railways, operator kereta api Mashaaer, mengatur keluar masuk penumpang.
Jika ada bagian gerbong yang sudah cukup padat, petugas melarang penumpang naik dan meminta menunggu kereta berikutnya.
Perjalanan dari Stasiun Mina 1 dan Mina 2 hanya berkisar tiga menit, sedangkan dari Stasiun Mina 2 dan Jamarat (Mina 3) hanya sekitar 4 menit.
Tujuan para jamaah, kala itu adalah Stasiun Jamarat yang merupakan stasiun akhir karena sekitar 200 meter dari lokasi itu merupakan tempat lempar jamrah.
Stasiun ini menjadi paling vital karena selama 4 hari, jamaah haji akan melempar jamrah pada hari pertama di satu tiang dan tiga tiang di tiga hari berikutnya. Sebagian jamaah memilih melempar jamrah selama tiga hari (nafar awal), namun sebagian memilih empat hari (nafar tsani)
Meski masih harus menembus terik matahari di siang hari dari Stasiun Jamarat ke lokasi melempar jamrah, jarak ini jauh lebih bersahabat bagi jamaah haji dibandingkan dengan jalan kaki di tengah panas terik matahari. Banyak jamaah yang harus berjalan lebih dari 10 Km pergi pulang (PP) dari tenda Mina untuk melempar jamrah.
Sementara penumpang di Stasiun Mina 1 dan Mina 2 adalah titik keberangkatan atau kepulangan jamaah yang sedang tinggal di tenda-tenda di Mina.
Melihat bentuknya, kereta yang memiliki 12 gerbong ini mirip kereta di jalur Moda Raya Terpadu (MRT) di Jakarta, namun bedanya, kereta Mashaaer sepenuhnya melaju di jalur layang 18 Km, sedangkan MRT Jakarta sebagian berada di permukaan tanah, sebagian berada di dalam tanah.
Dilihat dari kenyamanan, kereta ini juga setara dengan MRT Jakarta atau kereta-kereta metro di negara-negara maju lainnya. Bedanya, mungkin hanya peronnya yang masih teras panas karena berada di ruang terbuka.
Udara sejuk dalam gerbong kereta dan kecepatan waktu menjadi keunggulan sendiri kereta ini dibandingkan dengan jalan kaki.
Jika naik dari Stasiun Mina 1 ke Stasiun Jamarat, maka di sisi kanan kita bisa melihat pemandangan kawasan Mina secara lebih luas. Di sisi kanan tampak puluhan ribu tenda, sedangkan di sisi kiri kita tersaji pemandangan khas kawasan itu, yakni bukti berbatu, padang pasir dan bangunan bertingkat, baik untuk kantor pemerintahan atau hotel.
Jamaah haji tidak perlu khawatir tersesat karena banyak rambu dan penunjuk arah dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Atau jika tidak mampu mengerti Bahasa Inggris, cukup mengikuti tanda penunjuk arah. Para petugas juga sigap melayani jika ada jamaah yang bertanya dengan bahasa isyarat.
Baik di dalam stasiun atau dari stasiun ke lokasi melempar jamrah, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sudah membuat semuanya ramah disabilitas, sehingga jamaah yang menggunakan kursi roda dapat menjangkau layanan ini.
Tidak hanya untuk melempar jamrah di Mina, kereta ini juga melayani jamaah haji secara umum karena menghubungkan tiga tempat suci Muslim, yakni Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Jaringan kereta satu-satunya di dunia yang hanya beroperasi selama 7 hari dalam setahun, yakni saat musim haji, ini memiliki sembilan stasiun, yakni Jamarat (Mina 3), Mina 2, Mina 1, Muzdalifah 3, Muzdalifah 2, Muzdalifah 1, Arafah 3, Arafah 2, dan Arafah 1. Urutan penulisan nama stasiun menunjukkan urutan nama stasiun dari arah Mina ke Arafah.
Pengelola Mashaaer menyebutkan angkutan massal ini diharapkan mengurangi kemacetan saat pelaksanaan ibadah, sehingga waktu tempuh perjalanan menjadi lebih singkat.
Juru Bicara Saudi Arabian Railways Khalid Al Farhan mengatakan dengan sembilan stasiun itu, pihaknya bisa mengantarkan jamaah ke Mina, Arafah, dan Muzdalifah bolak balik.
"Satu rangkaian kereta ini mampu mengangkut tiga ribu penumpang. Dalam sejam, kami mengantar sekitar 72 ribu orang," katanya, saat ditemui di peron Stasiun Jamarat.
Kereta akan terus beroperasi sampai tanggal 13 Dzulhijjah atau pada hari terakhir musim haji.
Menurut Khalid, kecepatan kereta mencapai 80 km per jam dan untuk menempuh perjalanan dari Arafah ke Mina hanya membutuhkan 15 menit.
Kereta eksklusif
Melihat pola operasionalnya, banyak pihak menilai kereta ini merupakan kereta metro eksklusif karena hanya beroperasi selama tujuh pekan dan melayani jamaah haji yang sedang beribadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Kereta ini dapat menggantikan peran 53 ribu bus jamaah haji, sehingga diharapkan dapat mengurangi kemacetan di ketiga tempat itu.
Pada tiap musim haji, kereta ini diperkirakan mengangkut dua juta jamaah haji. Jaringan kereta ini dibangun dalam waktu 21 bulan yang melibatkan delapan ribu pekerja konstruksi dan lima ribu tenaga ahli.
Kereta ini mulai dibangun tahun 2008, kemudian mulai pertama kali beroperasi pada tahun 2010. Kereta ini membuktikan bahwa Pemerintah Kerajaan Arab Saudi melakukan berbagai upaya untuk melayani jamaah haji setiap tahun. Biaya sekitar 26,6 triliun pun digelontorkan untuk pembangunan ini.
Masa beroperasi yang hanya selama musim haji ini membuktikan bahwa pelayanan jamaah haji tidak mengenal hitungan secara ekonomi atau untung rugi, sebagaimana pemerintah negara-negara lain. Melayani para tamu Allah jauh lebih mulia. Maka, kereta ini pun menjadi alternatif angkutan haji termasuk jamaah haji dari Indonesia.