Bantul (ANTARA) - Kelurahan Canden, satu dari 75 desa yang ada di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi sebuah perdesaan yang berkembang karena mampu mendayagunakan sejumlah potensi lokalnya untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat setempat.
Berada di antara kawasan wisata terkenal Pantai Parangtritis di sisi selatan dan perbukitan Mangunan Dlingo yang ada di sisi timur, Canden menjadi desa yang strategis untuk sekadar dilewati maupun dikunjungi.
Kondisi geografis perdesaan yang berada di sepanjang daerah aliran Sungai Opak menjadi salah satu potensi yang terus digali. Sungai tersebut memberikan banyak kesempatan bagi munculnya aneka ragam aktivitas dan budaya di kawasan ini.
Pemerintah Kelurahan Canden dan masyarakat yang peduli terhadap pelestarian sungai tidak menjadikan sungai sebagai halaman belakang. Mereka menjadikan sungai sebagai wajah desa mereka yang harus dijaga dan dirawat agar memberikan dampak positif bagi lingkungan.
Dari semangat itulah, kemudian pengembangan pariwisata berbasis kawasan muncul dengan memanfaatkan aliran sungai. Mereka membuka wisata air dengan menawarkan petualangan dengan packrafting, yaitu wisata air menggunakan perahu karet.
Baca juga: DPRD Yogyakarta tanam mangrove dukung pengembangan wisata di Baros Bantul
Wisata ini menawarkan petualangan ringan kepada wisatawan untuk menyusuri Sungai Opak dengan mendayung perahu karet, sendirian maupun berpasangan. Wisata sungai yang dikelola Badan Usaha Milik Kelurahan ini menawarkan wisata mendayung perahu karet sejauh dua kilometer dan lima kilometer dengan waktu tempuh satu setengah jam sampai dua jam.
Wisata sungai di Canden ini bukanlah arung jeram, karena kontur sungainya memang terbilang landai. Sensasi mendayunglah yang ditawarkan dalam wisata ini.
Pengelola memberikan jaminan keselamatan kegiatan berwisata packrafting itu. Mereka mempunyai pemandu air yang bersertifikat BNSP dan bekerja sama dengan Federasi Arum Jeram (FAJI).
Ketika tiba di Kiringan, salah satu pedukuhan di Canden, wisatawan yang menikmati wisata packrafting itu juga disuguhkan dengan jamu tradisional. Mereka juga bisa melihat proses membuat jamu.
Terdapat lebih dari 132 pengrajin jamu tradisional di dukug itu. Itu sebabnya Kiringan menjadi sentra penghasil jamu tradisional terbesar di Bantul. Membuat jamu merupakan usaha turun temurun.
Pengelola wisata di sana juga menawarkan pengalaman bagi wisatawan tentang jamu dan konsultasi kesehatan, jelajah wisata mengenal tanaman jamu dan khasiatnya, serta praktek dan mendapat resep membuat jamu yang bisa dibawa pengunjung.
Baca juga: Yogyakarta andalkan kunjungan wisatawan asal Malaysia