Bandung (ANTARA) - Bank Indonesia Perwakilan Jawa Barat mencatat terjadinya anomali ekonomi di provinsi ini, di mana pertumbuhan ekonomi justru diikuti kenaikan angka pengangguran akibat tekanan pada sektor tekstil dan produk tekstil.
Kepala BI Jawa Barat Muhammad Nur menjelaskan bahwa ekonomi Jawa Barat tumbuh 5,20 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III 2025.
Tingkat pengangguran terbuka meningkat menjadi 6,77 persen atau sekitar 1,78 juta orang per Agustus 2025, dipicu oleh gelombang pemutusan hubungan kerja di industri tekstil sepanjang tahun terakhir.
“Tekstil merupakan industri padat karya. Saat sektor ini tertekan dan terjadi PHK, dampaknya langsung terasa terhadap angka pengangguran,” ujar Nur di Gedung BI Jawa Barat, Bandung, Senin.
Situasi ini menunjukkan pentingnya diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi agar tidak bergantung pada satu sektor padat karya.
BI menilai penguatan pelatihan vokasi menjadi langkah strategis agar tenaga kerja siap menghadapi perubahan kebutuhan industri.
“Investasi kendaraan listrik sedang meningkat pesat. Karena itu, pelatihan di SMK dan lembaga vokasi perlu diarahkan agar lulusannya siap masuk ke industri tersebut,” tambahnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Jawa Barat Herman Suryatman mengakui kenaikan pengangguran sejalan dengan perlambatan industri tekstil yang membuat banyak perusahaan merumahkan pekerja.
Baca juga: Dedi Mulyadi akan minta pakar evaluasi kegiatan ekonomi di pegunungan
