Bogor (Antara Megapolitan) - Tidur merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia menghabiskan hampir sepertiga rentang kehidupannya untuk tidur.
Dan tentu saja setiap orang memiliki waktu tidur yang berbeda-beda. Berbicara tentang tidur, gangguan tidur yang dialami manusia ternyata sangat berimbas pada kesehatannya.
Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi sistem endokrin dan fungsi metabolik, meningkatkan kemungkinan diabetes dan hipertensi, nyeri otot, sakit kepala, dan masalah pencernaan, selain itu dapat pula meningkatkan angka kecelakaan akibat penurunan kosentrasi.
Fenomena tersebut telah membuat tim peneliti dari Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor yakni Dr. Bambang Suryobroto, Dr. Kanthi Arum Widayati, dan Wira Agung Pratikno tertarik untuk meneliti kualitas tidur karyawan, dengan pilihan kota yakni di Jakarta.
Jakarta dipilih karena merupakan ibukota Indonesia dan wujud kota megapolitan.
DKI Jakarta merupakan pusat bisnis dan pemerintahan, sehingga warga dan pekerja di Jakarta memiliki aktivitas yang tinggi. Aktivitas yang tinggi seringkali dikaitkan dengan kualitas tidur yang buruk.
Salah satu peneliti yaitu Wira menjelaskan bahwa tidur merupakan suatu kondisi ketika otak tidak memproses informasi dari neuron sensorik dan tidak memberikan perintah ke neuron motorik.
Berdasarkan hasil-hasil riset sebelumnya, ternyata banyak hal yang mampu mempengaruhi kualitas tidur, di antaranya jenis kelamin, status sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan, dan status pekerjaan), rumah tangga, dan gaya hidup.
Penelitian kualitas tidur yang dilakukan oleh tim peneliti ini melibatkan 295 responden karyawan yang memiliki latar belakang usia (18-59 tahun), pekerjaan, pendapatan, dan jenis kelamin yang berbeda. Area penelitian meliputi daerah Jakarta pusat, Jakarta timur, Jakarta utara, dan Jakarta selatan. Pengujian ini menggunakan metode Pitssburgh Sleep Quality Index (PSQI).
"Hasil riset ini menunjukkan bahwa karyawan yang lebih tua memiliki kualitas tidur lebih baik dibandingkan dengan karyawan yang lebih muda. Karyawan muda umumnya berada pada fase membangun karier, dan karyawan yang lebih muda biasanya memiliki harapan yang ideal mengenai pekerjaan mereka. Bila harapan tersebut tidak sesuai dengan kondisi aktual, maka akan berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya," ungkap Wira.
Wira juga memaparkan bahwa pada studi sebelumnya menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin mempengaruhi kualitas tidur, tetapi pada penelitian tim-nya kini, ternyata jenis kelamin tidak secara signifikan mempengaruhi kualitas tidur dan tidak ada korelasi antara jenis kelamin dan kualitas tidur.
"Penghasilan dan pendapatan secara tidak langsung bukan merupakan faktor penting yang berhubungan dengan kualitas tidur. Hasil analisis statistik dari penelitian kami menunjukan bahwa kualitas tidur tidak berkorelasi dengan pendapatan dan pendidikan," pungkasnya.