Cirebon (ANTARA) - Kapal Geomarin III bersandar pada 11 Desember 2024 di Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat.
Kapal survei milik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu bukan sekadar raksasa besi yang mengapung, melainkan laboratorium berjalan yang telah bertahun-tahun menjelajahi samudra Nusantara untuk menyingkap misteri tersembunyi di kedalaman.
Kapal itu dinakhodai Ateng yang telah bertugas lebih dari satu dekade untuk menjelajahi perairan Indonesia demi misi ilmiah dan kepentingan bangsa. Sejak 2015, ia telah mengendalikan kemudi Geomarin III, membawa kapal ini berlayar menembus badai dan menjelajahi perairan Indonesia.
Ateng tidak asing dengan kehidupan di laut. Sebelum menjadi nakhoda Geomarin III, ia lebih dulu bertugas di Geomarin I, kapal generasi pertama yang kini telah pensiun.

Kepada Antara, dia bercerita, saat itu cuaca tampak cerah, tetapi seperti kebiasaan laut yang penuh kejutan, badai besar datang tanpa peringatan. Langit tiba-tiba menggelap, ombak setinggi delapan meter menghantam kapal seperti dinding raksasa.
Ateng kembali berada di Pelabuhan Cirebon, bersiap untuk perjalanan berikutnya. Namun sebelum itu, Geomarin III harus menjalani sea trial atau uji coba pelayaran oleh Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan (BBSPGL), untuk memastikan kapal dalam kondisi prima setelah perawatan intensif.
Geomarin III dibangun oleh PT PAL Surabaya dan mulai beroperasi pada 2009, kapal ini didesain khusus untuk riset geologi kelautan.
Dengan panjang 61,7 meter dan kapasitas 51 orang, kapal ini mampu berlayar selama 30 hari tanpa sandar.
Keunggulan utama Geomarin III terletak pada teknologi canggihnya, salah satunya adalah Dynamic Positioning System (DPS/DP1). Sistem ini memungkinkan kapal tetap berada di satu titik meskipun diterpa arus kuat atau angin kencang.
Geomarin III telah menyingkap banyak rahasia yang terkubur di bawah laut Nusantara.
Salah satu temuan pentingnya adalah potensi gas biogenik di cekungan Bali utara pada 2017. Penemuan ini membuka peluang baru dalam eksplorasi energi alternatif di Indonesia.
Di laut Arafura, kapal ini turut serta dalam penelitian minyak dan gas bumi. Sementara itu, dalam ekspedisi lain, Geomarin III memetakan potensi energi panas laut atau ocean thermal energy conversion (OTEC) di 17 lokasi dengan total kapasitas mencapai 41 gigawatt.
BBSPGL menargetkan Geomarin III dapat mendukung survei kelautan secara lebih luas, terutama di wilayah yang belum banyak terpetakan.
Kini, setelah menjalani perawatan dan sea trial, Geomarin III siap kembali ke laut karena misinya belum usai. Setiap ekspedisi membawa tantangan baru, tetapi juga harapan baru bagi dunia riset kelautan Indonesia.