Jakarta (ANTARA) - Pada Selasa (4/2) dini hari, ketika jarum pendek jam menunjuk angka 2, air sungai meluap membawa serta lumpur pekat berwarna cokelat, menerjang permukiman warga tanpa ampun.
Bau tanah basah dan lumpur yang menyengat menyatu dengan suara arus deras Kali Bekasi yang mengalir ganas. Tepat selepas adzan Subuh, mayoritas rumah di Pondok Mitra Lestari, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, mulai menyisakan ujung atapnya yang nyaris tenggelam.
Arus deras air setinggi lebih dari dua meter itu menyapu segala yang dilewatinya—perabotan rumah tangga, kendaraan, hingga hewan ternak di perkampungan sekitar yang tak sempat diselamatkan.
Beberapa warga di Jalan Pinus yang berhasil menyelamatkan diri terlihat bertahan di genting, menggigil dalam ketakutan sambil menanti pertolongan.
Di atas atap rumah yang hampir tenggelam itu, seorang bocah 9 tahun bertahan bersama kedua orang tuanya di bawah guyuran hujan deras. Bajunya lusuh, tubuhnya gemetar kedinginan.
Ia menengadahkan wajahnya ke langit, membuka mulut untuk menampung air hujan dan menelannya untuk menghilangkan haus. Sudah 6 jam dia terisolasi.
Di sekelilingnya, banjir membawa puing-puing dan barang-barang yang hanyut. Umumnya, adalah barang yang tersimpan di teras rumah, seperti alas kaki, galon, pot tanaman, hingga kursi dan meja taman.
Bertahan di atap rumah memang satu-satunya pilihan bagi mereka agar bisa bertahan hidup, ketimbang mati konyol karena debit air kian meninggi memenuhi seisi rumah hingga menyentuh plafon.
"Pintu rumah sudah tidak bisa dibuka lagi. Arus airnya terlalu tinggi, didorong juga berat," kata Sahl, nama dari bocah yang saat itu terjebak banjir di dalam rumah.
Bencana terburuk
Sekitar 3,5 jam sebelum petaka terjadi, Pengurus Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) sebenarnya sudah menerbitkan peringatan dini banjir setelah tinggi muka air (TMA) Sungai Cileungsi mencapai 400 cm (siaga 1) pada pukul 23.00 WIB.
Kondisi ini berpotensi menyebabkan banjir di wilayah-wilayah yang dilalui aliran sungai, mulai dari Jembatan Wika, Cileungsi, Bogor, hingga ke Laut Muaragembong, Kabupaten Bekasi.
Menurut KP2C, air diperkirakan akan mencapai titik pertemuan Sungai Cileungsi dan Sungai Cikeas di Kali Bekasi pada pukul 02.00 WIB. Warga yang berada di bantaran sungai diimbau untuk segera mengambil langkah kesiapsiagaan, seperti menaikkan barang berharga, memindahkan kendaraan ke tempat yang lebih tinggi, serta mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
Pukul 00.02 WIB, salah satu kamera CCTV di pos pantau Cileungsi beserta lampunya hanyut terbawa arus deras Sungai Cileungsi. Insiden ini menandakan bahwa TMA Sungai Cileungsi telah melampaui 500 cm dari ambang batas 100 cm, kondisi yang serupa dengan peristiwa banjir besar yang meluluhlantakan bantaran pada 1 Januari 2020.
Menurut laporan KP2C, sekitar pukul 23.40 WIB, TMA Sungai Cileungsi terpantau naik drastis hingga mencapai 500 cm, disertai arus yang sangat deras. Tak lama setelahnya, kamera CCTV di pos pantau Cileungsi hilang dari pantauan, diduga kuat hanyut terbawa arus.
Kenaikan TMA Sungai Cileungsi dan Kali Bekasi telah menyebabkan banjir yang meluas serta melumpuhkan sejumlah wilayah di Kabupaten dan Kota Bekasi. Di Kabupaten Bogor, perumahan Vila Nusa Indah 1 dan Vila Nusa Indah 2 terdampak banjir akibat luapan sungai.
Di Kota Bekasi, beberapa perumahan mengalami banjir dengan ketinggian air bervariasi. Perumahan Jaka Kencana terendam air setinggi 3 meter, sementara Perumahan Depnaker mengalami banjir dengan ketinggian 1,5 meter. Perumahan Bumi Satria Kencana juga terdampak dengan ketinggian air mencapai 1,1 meter.
Selain itu, wilayah lain seperti Gang Mawar RT8 RW3 di Kecamatan Bekasi Timur mengalami banjir setinggi 3 meter, dan Kampung Lebak, Kelurahan Teluk Pucung di Kecamatan Bekasi Utara terendam air setinggi 1,8 meter.
Di Kecamatan Jatiasih, perumahan Bumi Nasio Indah terendam air setinggi 1,2 meter, sementara Perumahan Jatiluhur, Perumahan Buana, dan Perumahan Graha Indah masing-masing mengalami banjir dengan ketinggian 1,5 meter. Perumahan Pondok Gede Permai (PGP) dan Villa Jatirasa mengalami banjir parah dengan ketinggian air mencapai lebih dari 3 meter.
Pusat perniagaan hingga akses Jalan Utama Ahmad Yani, Bekasi Selatan - yang menjadi nadi ekonomi dan pusat perbelanjaan di Kota Bekasi dilaporkan lumpuh setelah turut direndam banjir.
"Dari 12 kecamatan, yang terdampak di Kota Bekasi itu delapan kecamatan. Dan hari ini, Kota Bekasi lumpuh, sampai di jalan utama, termasuk kantor pemerintahan, itu sudah mulai masuk air, karena kemudian juga limpasannya sungguh luar biasa," kata Wali Kota Bekasi Tri Adhianto dalam pernyataannya di Bekasi, Selasa (5/3).
Banjir yang melanda Kota Bekasi saat ini dinilai sebagai yang terburuk sejak 2016 dan 2020, dengan ketinggian air mencapai 8 meter akibat kenaikan permukaan air di Kali Bekasi.
Pengaruh bendung
Bendung Bekasi di Jalan M. Hasibuan, Bekasi Selatan, menghadapi situasi kritis akibat debit air yang melebihi kapasitas tampungnya. Dikabarkan, bahwa kapasitas maksimal bendungan peninggalan Belanda ini adalah 1.000 meter kubik per detik, namun saat itu debit air mencapai 1.100 meter kubik per detik.
Kondisi ini memaksa pihak pengelola dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) untuk membuka pintu air guna mengurangi tekanan, yang dapat menyebabkan kenaikan permukaan air di wilayah hilir.
Selain itu, pompa air yang biasanya berfungsi untuk mengendalikan volume air, untuk sementara tidak dioperasikan. Akibatnya, kemampuan sistem pengendalian banjir menurun, meningkatkan risiko banjir di area sekitar.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi melaporkan bahwa TMA Kali Bekasi telah mencapai puncaknya pada pukul 06.30 WIB, dengan ketinggian 875 cm, jauh melebihi batas maksimal 350 cm.
Sebagai perbandingan, banjir kali ini boleh jadi sebagai yang terparah jika dibandingkan situasi yang sama di awal 2020. Saat itu, TMA yang meluap berada di kisaran 750 cm.
Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, telah memantau kondisi bendungan dan memastikan pengaturan pintu bendungan untuk mengantisipasi kenaikan debit air. Diprediksi beberapa wilayah di Kota Bekasi, terutama yang berdekatan dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Bekasi, mengalami banjir akibat hujan deras dan kiriman air dari Bogor.
Hingga hari ini, Pemerintah Kota Bekasi bekerja sama dengan otoritas terkait telah mengerahkan tim evakuasi dan menyiapkan posko-posko pengungsian bagi warga terdampak.
Banjir besar yang melanda Kota Bekasi kali ini menjadi pengingat betapa rentannya wilayah bantaran sungai terhadap ancaman luapan air.
Meski peringatan dini telah diberikan, derasnya aliran air dari hulu, buruknya sistem pengendalian banjir, serta kapasitas bendungan yang terbatas membuat bencana ini sulit dihindari.
Warga yang terdampak kini menghadapi kenyataan pahit, rumah dan harta benda mereka hancur, sementara kebutuhan dasar di pengungsian harus segera terpenuhi.
Upaya evakuasi masih terus dilakukan, dan posko-posko bantuan mulai didirikan untuk menampung korban banjir. Namun, lebih dari sekadar bantuan darurat, kejadian ini seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengevaluasi sistem mitigasi bencana secara menyeluruh.
Jika tidak ada langkah nyata untuk memperbaiki infrastruktur dan memperketat pengawasan tata ruang, banjir serupa, atau bahkan yang lebih buruk, hanya tinggal menunggu waktu untuk kembali terulang.
Melumpuhkan
Wali Kota Bekasi Tri Adhianto menyebutkan musibah banjir yang meluas hingga melanda delapan dari total 12 kecamatan di wilayah itu telah menyebabkan aktivitas publik lumpuh total.
"Kota Bekasi hari ini lumpuh. Jalan utama, kantor pemerintahan bahkan rumah sakit tergenang air. Limpasan air sungguh luar biasa," kata Tri Adhianto dalam rapat koordinasi bersama Kepala BNPB Suharyanto dan Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ratikno secara daring, Selasa.
Banjir paling parah terjadi di sepanjang lintasan Sungai Bekasi, terutama di area pertemuan Kali Cikeas dan Kali Cileungsi. Ketinggian air dilaporkan mencapai lebih dari delapan meter, lebih tinggi dibandingkan banjir tahun 2016 dan 2020.
Tri Adhianto menjelaskan banjir disebabkan oleh meluapnya air dari tanggul yang dibangun Balai Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BWSCC). Selain itu, masih terdapat patahan dan tanggul yang belum terbangun di sepanjang sungai sehingga memperparah dampak banjir.
Ketinggian air mencapai lebih dari delapan meter sehingga air melimpas dari tanggul yang sudah dibangun. Di beberapa titik, tanggul belum selesai dibangun sehingga dampaknya sangat besar.
Pemkot Bekasi telah mengingatkan warga untuk melakukan evakuasi sehari sebelumnya. Hingga saat ini pihaknya masih terus mendata warga yang bertahan di lantai dua rumah mereka serta kendaraan yang terendam.
Pemkot mengimbau segenap warga untuk tetap waspada dan mengikuti arahan evakuasi dari pihak berwenang guna menghindari risiko yang lebih besar.
Banjir ini sekaligus mengungkapkan kerentanan geografis Kota Bekasi terhadap bencana hidrometeorologi terutama saat musim hujan datang. Beberapa faktor yang memperparah banjir antara lain kiriman air dari hulu (Bogor), infrastruktur tanggul yang belum optimal hingga perubahan lingkungan akibat urbanisasi.
Untuk jangka panjang, diperlukan rehabilitasi sungai, pembangunan tanggul yang lebih kokoh dan koordinasi dengan pemerintah daerah hulu. Selain itu, penguatan sistem peringatan dini dan edukasi masyarakat tentang mitigasi bencana juga menjadi kunci untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi, Jawa Barat, mencatat banjir tersebar di 20 titik dan tujuh wilayah kecamatan terdampak musibah tersebut usai diguyur hujan deras sejak Senin (3/3) malam hingga hari ini.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi Priadi Santoso menjelaskan hujan dengan intensitas tinggi menjadi penyebab terjadi banjir yang diperparah dengan kondisi serupa di wilayah hulu Kali Bekasi, khususnya Bogor sehingga membuat debit air sungai tinggi dan meluap.
Hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung dalam durasi lama di wilayah hulu Kali Bekasi dan Kota Bekasi menyebabkan peningkatan debit air dan banjir di beberapa wilayah," katanya di Bekasi, Selasa.
Ia menyebutkan setidaknya terdapat 20 titik banjir yang tersebar di tujuh kecamatan se-Kota Bekasi dengan ketinggian air bervariasi mulai 20 sentimeter hingga tiga meter, menyebabkan ribuan warga terpaksa mengungsi.
Banjir merendam tujuh kecamatan antara lain Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Medan Satria, Jatiasih, Pondok Gede dan Kecamatan Rawalumbu.
Di Kecamatan Bekasi Timur terdapat tiga titik banjir meliputi Gang Mawar RT 8 RW 3 dengan tinggi muka air tiga meter, Gang Semar RT 4 RW 4 setinggi 70 sentimeter dan Kampung Lengkak RT 04 RW 8 dengan ketinggian 80 sentimeter.
Wilayah Kampung Lebak, Kelurahan Teluk Pucung, Kecamatan Bekasi Utara turut terendam banjir setinggi 180 sentimeter dengan jumlah warga terdampak 360 jiwa yang saat ini sudah dievakuasi di Musala Jumiatur Khoir.
Sebanyak tiga titik banjir juga merendam wilayah Kecamatan Bekasi Selatan dengan rincian Perumahan Bumi Satria Kencana setinggi 110 sentimeter, Perumahan Jaka Kencana dengan tinggi hingga tiga meter serta Perumahan Depnaker setinggi 150 sentimeter.
"Di Kecamatan Medan Satria, banjir merendam permukiman warga RT 1, 8 dan 9 pada RW 03 Kelurahan Kali Baru setinggi 100 sentimeter," katanya.
Banjir terparah melanda Jatiasih mulai 120 sentimeter di Perumahan Bumi Nasio Indah serta 150 sentimeter di Perum Jatiluhur, Perum Buana dan Perum Graha Indah hingga lebih dari tiga meter di Perum Pondok Gede Permai (PGP) dan Villa Jatirasa.
Banjir terparah di wilayah ini dikarenakan debit Kali Bekasi tidak lagi mampu menampung deras air sehingga melimpas dari tanggul sejak pukul 03.15 WIB tadi pagi.
Banjir juga merendam tiga titik di wilayah Kecamatan Pondok Gede antara lain Perumahan Taman Bougenville Fajar dengan tinggi muka air 40 sentimeter, Komplek Dosen IKIP setinggi 155 sentimeter serta Perum Jatibening Permai dengan ketinggian 50 sentimeter.
Terakhir di tiga titik wilayah Kecamatan Rawalumbu meliputi Perumahan Taman Narogong Indah setinggi 40 sentimeter, Jembatan II Rawalumbu dengan ketinggian 20 sentimeter serta Kemang Pratama dengan tinggi muka air 50 sentimeter. Banjir di wilayah ini sudah mulai surut.
BPBD Kota Bekasi telah melakukan evakuasi warga terdampak. Selain 360 jiwa di Bekasi Utara, 400 jiwa lain juga telah diungsikan ke rumah-rumah warga di Gang Mawar, Bekasi Timur. "Evakuasi juga masih terus berlangsung saat ini di lokasi-lokasi banjir terparah," ucapnya.
BPBD setempat juga terus menjalin koordinasi dengan pihak terkait seperti PLN untuk memadamkan listrik di area terdampak guna memastikan keamanan selama proses evakuasi.
Sebanyak tujuh kecamatan di wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat berstatus terendam banjir akibat hujan dengan intensitas tinggi sejak tadi malam hingga menyebabkan genangan pada kawasan permukiman, jalan-jalan utama bahkan kawasan industri.
"Banjir merendam tujuh kecamatan dengan ketinggian air bervariasi antara 20 ingga 150 centimeter," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik pada BPBD Kabupaten Bekasi Dodi Supriadi di Cikarang, Selasa.
Titik banjir tersebar di wilayah Kecamatan Cibarusah, Serang Baru, Setu, Cikarang Utara, Cibitung, Tambun Utara hingga Kecamatan Bojongmangu.
Banjir kali ini dipicu hujan deras selama berjam-jam ditambah kiriman air dari wilayah Bogor dan sekitar serta diperparah oleh sistem drainase yang buruk di beberapa wilayah hingga mengakibatkan air sulit surut.
Akibatnya, ratusan rumah terendam, akses jalan terganggu dan aktivitas warga lumpuh. Sejumlah warga harus dievakuasi karena air sudah memasuki rumah mereka. Beberapa ruas jalan utama juga tergenang sehingga kendaraan kesulitan melintas.
Kami masih terus melakukan pemantauan di lokasi-lokasi terdampak dan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memberikan bantuan kepada warga yang membutuhkan," katanya.
BPBD Kabupaten Bekasi bersama tim gabungan dari unsur TNI/Polri dan relawan kebencanaan melakukan evakuasi warga, terutama di wilayah terdampak cukup parah seperti Kecamatan Tambun Utara, Serang Baru dan Cibarusah.
Tim penyelamat menggunakan perahu karet untuk mengevakuasi warga yang rumahnya terendam cukup dalam.
Dodi menyebutkan bahwa cuaca di wilayahnya masih berpotensi turun hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi. Masyarakat terutama di titik rawan diimbau untuk tetap waspada.
Bagi warga yang masih bertahan di rumah masing-masing, diimbau untuk segera mengamankan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi dan bersiap jika sewaktu-waktu harus dievakuasi.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan lintas sektor terkait untuk segera melakukan penanganan kedaruratan seperti perbaikan sistem drainase hingga penguatan tanggul, termasuk penyaluran bantuan logistik kepada warga terdampak.
Sampai saat ini air masih tergenang di wilayah-wilayah rawan, kondisi cuaca juga tidak ada panas, mendung mengarah ke hujan. Tim sudah stand by di sejumlah titik rawan membawa logistik yang dibutuhkan.
Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Marsekal Madya TNI Muhammad Syafii menyebut unsur-unsur kekuatan Basarnas dari Jakarta dan Bandung dikerahkan untuk membantu korban banjir di Bekasi, Jawa Barat.
Dia menjelaskan saat ini seluruh personel Basarnas turun ke lapangan untuk membantu evakuasi korban banjir di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Basarnas sebagai kekuatan di bawah koordinasi BNPB. Kami sudah mengeluarkan unsur-unsur baik yang ada di Jakarta maupun perkuatan yang ada di Bandung, kata Kabasarnas Marsdya Muhammad Syafii saat ditemui wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa.
Basarnas tidak hanya mengerahkan perahu karet, tetapi juga alat-alat bantu lainnya misalnya drone untuk membantu, salah satunya memetakan korban-korban banjir yang masih terjebak di rumah.
Kepala Basarnas melanjutkan sejauh ini ada beberapa titik yang menjadi sasaran evakuasi, beberapa ada di Bogor dan di Jakarta. Ada di sembilan titik yang sudah dilaksanakan evakuasi sesuai dengan call center yang diminta.
Banjir di beberapa daerah di Bekasi, Jakarta, dan Depok dengan ketinggian 1–4 meter disebut oleh BMKG sebagai banjir kiriman dari Puncak, Bogor, yang mengalir melalui daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung. Banjir kiriman itu terjadi akibat hujan berintensitas sangat deras dalam beberapa hari terakhir.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto di Jakarta, Selasa, menilai hujan deras yang mengguyur Kota Bogor pada Minggu (2/3) malam tergolong ekstrem, karena berdasarkan hasil monitoring tim meteorologi BMKG menunjukkan intensitas hujannya melebihi 110 mm per hari.
Curah hujan ekstrem tersebut diyakini menyebabkan air DAS Ciliwung meluap menjadi banjir bandang yang melanda sejumlah kecamatan di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, hingga terbawa ke hilir sungai di Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tangerang.
Baca juga: Bupati Bekasi instruksikan jajaran lakukan aksi cepat tanggap darurat banjir
Baca juga: Banjir meluas di Bekasi sebabkan aktivitas publik lumpuh total
Baca juga: PLN hentikan sementara 280 gardu distribusi listrik Bekasi