Depok (ANTARA) - Cindy Patricia Yosika, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Universitas Indonesia (UI), berhasil memenangkan penghargaan Travel Grant Award untuk menghadiri 13th Asian Aerosol Conference (AAC) di Borneo Convention Center Kuching (BCCK), Sarawak, Malaysia.
Penghargaan Travel Grant atau hibah perjalanan ini secara khusus ditujukan untuk mahasiswa pascasarjana berusia di bawah 36 tahun per 7 November 2024, atau profesional muda yang telah menyelesaikan gelar master atau doktor dalam lima tahun terakhir.
"Hibah ini berupa dukungan finansial bagi delegasi dari negara berkembang untuk berpartisipasi dalam AAC 2024," kata Cindy Patricia Yosika, di Depok, Kamis.
Konferensi yang diselenggarakan oleh Asian Aerosol Research Assembly (AARA) ini menjadi ajang pertemuan bagi para peneliti, dosen, praktisi, dan akademisi dari berbagai negara untuk berbagi hasil penelitian seputar aerosol, teknologi aerosol, dan dampaknya terhadap kesehatan.
Baca juga: Mahasiswa UI raih juara pertama di ajang Ascomfest 2024
Keberhasilan Cindy menjadi bukti bahwa mahasiswa sarjana FKM UI mampu bersaing di tingkat Travel Grant Award internasional dan mendapatkan kesempatan yang berharga untuk mengembangkan wawasan di bidang kesehatan lingkungan dan teknologi aerosol.
Cindy yang awalnya tengah fokus menyusun kerangka skripsi di bawah bimbingan dan dukungan Prof. Doni Hikmat Ramdhan, SKM., M.K.K.K., Ph.D.,.kemudian mantap memutuskan untuk mendaftar seleksi abstrak ketika mendapat informasi tentang adanya konferensi ini.
Ia menyadari bahwa kegiatan ini dapat membuka wawasan yang lebih luas, serta memberikan pengalaman berharga dalam dunia riset.
“Alhamdulillah, saya terpilih untuk memberikan presentasi oral sekaligus mendapatkan Travel Grant Award, yang tentu saja menjadi motivasi besar bagi saya untuk terus melangkah maju,” kata Cindy.
Baca juga: Mahasiswa UI jadi juara dunia di Unesco Youth Hackathon 2024
Pada kesempatan tersebut, ia mengangkat penelitian dengan judul “Efektivitas Filter HEPA dan Filter Masker N95 dalam Menurunkan PM 2.5 di Tempat Pengujian Kendaraan Bermotor.”
Penelitian ini menitikberatkan pada efektivitas filtrasi udara di lingkungan yang rentan terhadap paparan partikel kecil.
Aerosol bertebaran dalam jumlah tinggi karena uji emisi kendaraan, khususnya di tempat pengujian kendaraan bermotor.
“Jika aerosol dibiarkan tanpa filtrasi, partikel berbahaya akan tetap beredar dalam ruangan, menimbulkan potensi risiko kesehatan,” kata Cindy.
Lebih lanjut, dalam penelitiannya ia menggunakan kipas angin yang dikombinasikan dengan filter untuk mengevaluasi tingkat efektivitas dalam mengurangi partikel udara berbahaya.
Baca juga: Mahasiswa UI raih juara I di ajang debat internasional tentang iklim dan energi
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kombinasi alat filter yang dikembangkan memiliki efektivitas yang hampir setara dengan air komersial, yang menjadi solusi potensial dengan biaya yang lebih rendah.
Efektivitas ini bergantung pada beberapa faktor lingkungan, seperti suhu udara, kelembapan, dan lainnya. Tanpa alat filter tambahan, partikel aerosol cenderung terjebak dan terus bersirkulasi dalam ruangan, yang dapat meningkatkan risiko paparan.
Selain itu, penyesuaian jam kerja dan pemakaian alat pelindung diri (APD), penggunaan kipas yang dikombinasikan dengan filter memberikan kontribusi tambahan dalam upaya mengurangi konsentrasi aerosol.
Meskipun air purifier tetap menunjukkan performa optimal, perbedaan efektivitas dengan kombinasi alat ini cukup tipis, sehingga penggunaan alat filter kombinasi ini dapat menjadi alternatif yang efektif.
Pada tahap pemrosesannya, Cindy menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah merancang alat filtrasi secara mandiri.