Jakarta (ANTARA) - Pertamina Gas (Pertagas) menginisiasi program Permata Borneo sebagai akronim dari Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Martadinata Berbasis Hutan dan Ekologi, sebagai upaya untuk merawat dan memulihkan hutan Martadinata di Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Manager Communication, Relations & CSR, Imam Rismanto, mengatakan Permata Borneo diinisiasi untuk menjaga dan memulihkan hutan sebagai “permata” yang dimiliki tanah Kalimantan dari tantangan deforestasi dan kerusakan lingkungan dengan pendekatan Production, Protection, and Inclusion (PPI).
PPI Compact adalah inisiatif yang fokus pada tiga hal utama. Produksi, melalui peningkatan hasil tani secara berkelanjutan dan diversifikasi pendapatan petani, kemudian perlindungan melalui serangkaian aktivitas dalam melestarikan hutan dan sumber daya alam dengan dukungan hukum dan insentif.
“Serta inklusi yang meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat hutan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak diantaranya Balai Taman Nasional Kutai, dinas terkait, pemerintah desa serta masyarakat itu sendiri,” kata Imam dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Imam Rismanto menambahkan Pertagas melalui wilayah operasinya Kalimantan Area dalam program tersebut merangkul berbagai elemen masyarakat Desa Martadinata, di antaranya 5 kelompok tani dan 1 pokdarwis (kelompok sadar wisata) dengan total anggota 119 orang.
Untuk itu, pihaknya mengajak masyarakat melakukan berbagai kegiatan sebagai upaya menjaga hutan seperti penanaman tanaman endemik Kalimantan di wilayah hutan dan menggalakkan patroli hutan yang melibatkan pemuda Desa Martadinata.
Selain itu, hutan Martadinata memiliki potensi alam berupa goa seluas 4 hektare yang digarap oleh pokdarwis bersama Balai Taman Nasional Kutai dan Pertagas sebagai ekowisata minat khusus.
“Aktivitas di dalam hutan, yang membuat hutan tetap terjaga, sehingga para perambah tidak berani masuk ke dalam hutan," katanya.
Program "Pulih Hutan" sebagai pilar dari Permata Borneo dilakukan dalam rangka memulihkan hutan melalui budi daya madu kelulut yang terintegrasi dengan penanaman pohon sehingga meningkatkan keberagaman tanaman, memperbaiki tanah, dan mengurangi erosi. Kehadiran lebah sebagai penyerbuk, efektif membantu tanaman tumbuh lebih cepat, memperkuat ekosistem hutan, dan menciptakan habitat yang lebih sehat.
Selain manfaat ekologisnya, program ini juga memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat lokal melalui produksi madu, mendorong keterlibatan mereka dalam pelestarian hutan, dan memastikan keberlanjutan hutan Borneo untuk masa depan.
Dr Risna Resnawaty, Pakar CSR dari Universitas Padjajaran, mengatakan kehadiran Program Permata Borneo menjadi harapan bagi kehidupan masyarakat, terlebih dalam pemulihan kondisi hutan yang telah tereskploitasi dan rusak.
“Program ini sangat baik mengingat ada kesan bahwa biasanya industri cenderung memberikan dampak negatif bagi kerusakan lingkungan, namun Pertamina Gas Operation Kalimantan Area melakukan upaya perawatan, pemeliharaan dan penjagaan agar ekosistem hutan bisa kembali pulih dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat,” kata Risna.
Kepala Desa Martadinata, Sutrisno menyampaikan bahwa saat ini masyarakat Desa Martadinata sudah memiliki akses ke alat dan sumber daya yang mendukung mereka dalam menjaga hutan dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Melalui Rawat, Jaga dan Pulih Hutan, masyarakat Desa Martadinata mendalami peran penting mereka sebagai masyarakat penyangga hutan.
Di bawah payung "Rawat Hutan" Permata Borneo, mengajak masyarakat tani menerapkan inovasi Agrifuture melalui pertanian berkelanjutan dan teknologi tepat guna di wilayah penyangga hutan.
Rustam Effendy, Ketua Kelompok Tani Buntu Batu menambahkan bahwa inisiasi pertanian berkelanjutan oleh Pertagas menjawab pandangan masyarakat yang semula skeptis mengelola lahan pertanian mereka yang rusak.
“Ternyata dengan metode yang lebih ramah lingkungan, lahan pertanian kita bisa produktif kembali, sehingga kita tidak perlu membuka lahan di dalam hutan,” ujar Rustam.
Pertagas inisiasi program Permata Borneo untuk rawat dan pulihkan hutan Kutai Timur
Rabu, 18 September 2024 20:46 WIB