"Tangga ikan memfasilitasi ikan agar dapat bermigrasi dari hilir ke hulu maupun sebaliknya," kata Kepala Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat BRIN Arif Wibowo saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Tangga ikan merupakan teknologi infrastruktur air sebagai inovasi dalam upaya merestorasi dan konservasi sumberdaya ikan yang menurun akibat bangunan melintang sungai, seperti bendung maupun bendungan untuk pembangkit listrik, irigasi, hingga penyediaan air bersih.
Arif menuturkan pembangunan infrastruktur melintang sungai memiliki peran penting dalam peningkatan ketahanan pangan dan penyediaan energi listrik.
Bagi biota spesies sungai, seperti ikan, infrastruktur bendung maupun bendungan menghambat mereka dalam melakukan migrasi dari hilir maupun hulu sungai dan sebaliknya untuk pemijahan serta berkembang biak.
"Baca juga: KLHK akan kenalkan Sekolah Adiwiyata di World Water Forum Ke-10 di Bali," kata Arif.
Tangga ikan merupakan saluran yang memiliki sekat-sekat di dalamnya dengan desain dimensi yang sudah diperhitungkan untuk mengatur pola aliran air, seperti kecepatan dan turbulensi yang disesuaikan dengan kondisi ikan lokal yang ada di sungai.
Kelebihan aliran sungai akan mengalir di dalam saluran tangga ikan dan ikan yang bermigrasi dari hilir ke hulu sungai (upstream migration) akan menemukan pintu masuk atau entrance fishway di bagian hilir bendung.
Kemudian, ikan melewati tiap-tiap sekat pada saluran tangga ikan dan keluar melalui pintu keluar atau exit fishway dan melanjutkan migrasi ke hulu sungai, begitupun sebaliknya untuk ikan yang bermigrasi ke hilir atau laut (downstream migration).
Selain berfungsi untuk menjaga konektivitas sungai, teknologi tangga ikan juga memiliki dampak positif bagi perlindungan populasi ikan yang hidup di sungai. Dengan demikian, biodiversitas dan jumlah ikan dapat terus terjaga.
"Populasi ikan yang terjaga akan berdampak positif bagi ketersediaan pada sumber daya protein dari sungai bagi masyarakat sekitar sungai," ucap Arif.
Baca juga: BMKG akan dorong integrasi data air lintas negara pada WWF ke-10 di Bali
Baca juga: BMKG akan dorong integrasi data air lintas negara pada WWF ke-10 di Bali
Lebih lanjut dia berharap semua bangunan melintang sungai, baik bendung maupun bendungan baru yang akan dibangun di Indonesia bisa dilengkapi dengan tangga ikan.
Sedangkan, infrastruktur melintang sungai lama yang tidak dilengkapi dengan tangga ikan dan diidentifikasi penurunan populasi bisa dilengkapi dengan tangga ikan untuk merestorasi populasi ikan terutama ikan pemigrasi dan ikan ekonomis penting.
Kegiatan riset sangat diperlukan untuk memahami biodiversitas ikan lokal, kemampuan berenang ikan, karakter biologi dari masing-masing spesies serta data hidrologi dari setiap sungai agar bisa membuat desain tangga ikan yang tepat.
Meskipun riset terbaru menunjukkan total spesies perikanan darat lebih dari 1.200 spesies, imbuh Arif, tapi di Indonesia sendiri masih banyak sungai-sungai yang belum diketahui keseluruhan biodiversitas ikannya.
"Selain itu, informasi terkait karakter biologi dan kemampuan berenang ikan masih sangat minim," pungkasnya.
Di negara-negara maju yang berada di Benua Eropa, Amerika, dan Australia, teknologi tangga ikan sudah diterapkan untuk merestorasi populasi ikan sungai.
Baca juga: Menkominfo dorong intensifkan promosi World Water Forum ke-10 di Bali
Baca juga: Menkominfo dorong intensifkan promosi World Water Forum ke-10 di Bali
Sedangkan di negara-negara Asia Tenggara, seperti Laos, Myanmar, dan Kamboja, kesadaran pembangunan tangga ikan untuk menjaga populasi ikan juga mulai meningkat.
Saat ini Indonesia punya empat bendung atau bendungan yang sudah dilengkapi dengan tangga ikan.
Teknologi tangga ikan di Indonesia pertama kali dibangun pada tahun 1991 di Bendung Perjaya, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan oleh BBWS Sumatera VII Kementerian PUPR dengan tipe pool dan weir fishway.
Di Sungai Dharmasraya, Bendung Batanghari dilengkapi pool passes and vertical slot fishway dibangun oleh BBWS Sumatera V, Kementerian PUPR.
Lalu, DAM Poso 1 dan Bendung PLTA Poso 2 di Sulawesi Tengah juga memiliki fishway vertical slot yang dibangun oleh perusahaan swasta yang bergerak dalam sektor energi.
BRIN berkolaborasi dengan Charles Sturt University, Kementerian PUPR, perusahaan swasta, dan dinas sumber daya air provinsi. Proyek itu mendapat dukungan pendanaan dari Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM), The Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR), dan The Australian Water Partnership.