Kota Bogor (ANTARA) - Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor Rena Da Frina menjelaskan bahwa kekuatan jembatan berada pada sloof, beton bertulang, kolom railing yang sudah terdapat tulang besi, serta besi railing jembatan, sehingga Jembatan Otista dipastikan kuat untuk dilalui dan telah melewati uji beban.
Hal itu disampaikan Rena di Kota Bogor, Selasa, lantaran belakangan viral di media sosial perihal oknum yang melakukan pengrusakan terhadap Jembatan Otista dengan mencopot Glass-Fiber Reinforced Concrete (GRC) yang melapisi jembatan tersebut.
Konten ini kemudian membuat warganet sempat meragukan kekuatan jembatan yang baru diresmikan pada Desember 2023 oleh Presiden RI Joko Widodo itu.
Baca juga: Jembatan Otista diperlebar, resmi dibuka Presiden Jokowi
Rena menegaskan, GRC itu bukanlah kekuatan utama dari Jembatan Otista, melainkan hanya pelapis railing dan mempercantik desain dari jembatan itu sendiri.
“Kekuatan jembatan itu adanya pada sloof, beton bertulang, dan besinya yang nampungin. Kalau railing yang pake GRC sifatnya adalah cover. Nah covernya buatnya apa? Untuk beautifikasi jembatan saja,” katanya.
Rena memberi contoh, desain Masjid Agung Kota Bogor yang saat ini masih dibangun juga dipercantik menggunakan GRC. Namun, GRC itu bukan sebagai kekuatan utama dari bangunan tersebut.
Baca juga: Presiden Jokowi resmikan bangunan baru Jembatan Otista Kota Bogor
“Memang bukan untuk kekuatan, tapi untuk beautifikasi dari suatu arsitektur. Itu hanya untuk memperbagus, dilekatkan pada bangunan dasarnya, bangunan intinya, mempercantik biar dapat kesan kolonialnya,” jelas Rena.
Di samping itu, lanjut Rena, sebelum Jembatan Otista diresmikan pada 19 Desember 2023, DPUPR Kota Bogor juga telah melakukan uji beban untuk kekuatan strukturnya. Uji beban tersebut bahkan ditayangkan langsung oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui Instagram.
“Kalau kekuatan struktur kan kita sudah uji beban pas Pak Wali live. Ya jangan digeneralkan kalau misalnya jembatan railingnya dari GRC, berarti jembatannya nggak kuat. Selama ini kan so far masih aman kan?” ucapnya.
Baca juga: Atang Trisnanto: perlu pelebaran empat titik ruas SSA setelah Otista
Latar belakang pembangunan Jembatan Otista ialah sebagai solusi kemacetan di Kota Bogor. Sejak diberlakukan sistem satu arah (SSA) di Kota Bogor, jembatan ini menjadi bottle neck dan kerap menyebabkan kemacetan panjang.
Untuk membangun Jembatan Otista, Pemkot Bogor mendapat bantuan dari Pemprov Jawa Barat sekitarRp 49 miliar, di mana proses lelang dimenangkan oleh PT Mina Fajar Abadi.