Jakarta (Antara Megapolitan) - Kemenangan calon Presiden dari Partai Republik AS Donald Trump dalam Pemilu Presiden AS dengan mengalahkan calon dari Partai Demokrat Hillary Clinton membawa harapan baru bagi dunia termasuk bagi Indonesia.
Sosok Trump yang bakal menjadi Presiden ke-45 di negeri adidaya itu setidaknya mengingatkan lagi dengan pertemuan dia saat menerima sejumlah delegasi elit politik dari parlemen Indonesia di lantai 26 Trump Tower di New York, AS, pada Kamis 3 September 2015 kurang lebih setengah jam dari sekitar pukul 13.00 waktu setempat.
Ketua DPR RI ketika itu Setya Novanto bersama Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon dan sejumlah anggota DPR RI lainnya ketika itu menjelaskan, pertemuan tersebut tidak teragendakan dalam jadwal mereka yang berada di Negeri Paman Sam untuk mengikuti "The 4th World Conference of Speakers Inter-Parliamentary Union (IPU)" di Markas Besar PBB, New York, AS, yang saat itu persidangan IPU sedang rehat hingga pukul 15.00 waktu setempat.
Setya Novanto yang kini Ketua Umum DPP Partai Golkar pernah menyampaikan keterangan resmi pada 14 September 2015 soal pertemuan mereka dengan Trump yang sempat menjadi polemik di media massa.
Aneka ragam tanggapan atas pertemuan tersebut, sebagian pihak memandang pertemuan itu dari sisi etika sedangkan sebagian lainnya memandang dari sisi fungsi, tugas, dan kewenangan DPR RI.
Setya Novanto menceritakan pertemuan tersebut merupakan inisiatif dan undangan dari Trump, figur yang dia kenal sejak lama. Pertemuan sebagai teman biasa, yang kebetulan Trump juga merupakan salah satu pengusaha yang banyak terlibat dalam aktivitas investasi di Indonesia.
Trump menyampaikan dua proyek investasinya di Jawa Barat dan Bali bekerja sama dengan perusahaan swasta Indonesia.
Perbincangan dengan Trump lebih banyak tentang investasi di Indonesia, suatu perbincangan yang menurut Novanto sangat penting, mengingat saat ini, kondisi perekonomian Indonesia sedang melambat sehingga membutuhkan pertumbuhan yang salah satunya bersumber dari investasi.
Pertemuan dengan Trump ternyata mendapatkan respons sangat positif dari Asosiasi Pengusaha Amerika Serikat dan ASEAN yang tergabung dalam US-ASEAN Business Council.
Novanto bahkan diminta untuk berbicara dan kesempatan tersebut dia gunakan untuk mengajak para pengusaha berinvestasi di Indonesia.
Secara pribadi Novanto menganggap masalah melambatnya ekonomi Indonesia akibat dari situasi global saat ini merupakan "perang" yang harus dihadapi dan diselesaikan bersama-sama oleh pemerintahan Jokowi, DPR, dan tentunya seluruh rakyat Indonesia agar bangsa ini tidak lagi mengalami krisis ekonomi seperti 1998, atau krisis yang saat ini terjadi di negara Yunani dan mulai merambat kebeberapa negara di Asia.
Pertemuan dengan Trump tidak berlangsung lama. Setelah itu, Trump meninggalkan pertemuan untuk turun ke bawah menghadiri jumpa pers. Sejumlah delegasi parlemen Indonesia mempersiapkan diri kembali ke agenda IPU.
Setibanya di lantai dasar, Trump melihat Novanto bersama dengan anggota DPR RI lainnya yang hendak meninggalkan gedung.
Saat itulah Trump menyapa dan memperkenalkan tamunya di hadapan peserta jumpa pers sebagai Ketua DPR RI.
Saat memperkenalkan, Trump menyatakan, "The speaker of the house of Indonesia, he's here to see me. Setya Novanto, one of the most powerful men and a great man" (Ketua DPR Indonesia, dia di sini untuk menemui saya. Setya Novanto, salah satu orang paling berkuasa dan orang hebat.
Kemudian, Trump bertanya kepada Ketua DPR RI, "And we will do great things for the United States is that correct (Dan kami akan melakukan hal-hal hebat untuk AS apakah benar)?" Yang dijawab Setya dengan jawaban, "Yes."
Selanjutnya, Trump bertanya lagi "Do they like me in Indonesia (Apakah mereka menyukai saya di Indonesia)?" dan kembali dijawab dengan, "Yes".
Delegasi parlemen Indonesia mengaku tidak memiliki kepentingan sedikit pun ketika itu terkait dengan niat Trump dalam mencalonkan diri sebagai Presiden AS. Konferensi pers tersebut juga belum dalam tahap kampanye.
Pertemuan tersebut mengundang Mahkamah Kehormatan Dewan DPR RI menyidangkan perkara tersebut. Setelah beberapa kali bersidang tanpa kehadiran Setya Novanto dan Fadli Zon, Mahkamah Kehormatan Dewan DPR RI pada 19 Oktober 2015 memutuskan memberikan teguran kepada mereka.
Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan DPR RI ketika itu, Surahman Hidayat mengatakan pertemuan mereka dengan Trump tidak salah apalagi untuk mendorong investor AS namun sebagai pimpinan DPR RI harus berhati-hati dalam bertugas karena membawa nama besar institusi.
Ucapan selamat
Pemerintah RI telah menyampaikan ucapan selamat kepada Presiden AS terpilih Donald Trump sekaligus menyatakan siap melanjutkan kerja sama bilateral yang saling menguntungkan antara RI dengan AS.
"Hasil pemilihan presiden tersebut mencerminkan kehendak rakyat AS, saya mengucapkan selamat kepada Presiden terpilih Donald Trump," kata Presiden Joko Widodo.
Kepala Negara mengajak Presiden AS terpilih untuk terus melanjutkan kerja sama membangun perdamaian dan menciptakan kesejahteraan dunia.
Kemenangan Trump akan memberikan dampak positif kepada banyak kalangan, termasuk di Indonesia, kata Menteri Perindustrian 2014-2016 Saleh Husin.
Ia optimistis AS di bawah Trump akan terus bekerja sama dengan negara lain termasuk Indonesia seperti dalam perdamaian, keamanan dunia, investasi, industri, dan perdagangan, serta inisiatif-inisiatif bersama bagi kehidupan internasional yang lebih nyaman, tenteram dan saling pengertian.
Kiprah Trump di bidang bisnis internasional diharapkan semakin menggairahkan ekonomi dunia. Indonesia pasti sudah dikenal oleh Trump karena kita negara besar dengan potensi dan aktivitas riil ekonomi yang menarik, apalagi Trump sudah melakukan investasi di Indonesia.
Kerja sama tersebut diyakini akan memperkuat kepercayaan dan memperluas jejaring investasi Indonesia di dunia.
Presiden terpilih AS itu memang diharapkan dapat menjadikan hubungan persahabatan AS dan Indonesia lebih baik. Trump melihat Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara dan memilki potensi untuk membangun kerja sama lebih baik.
Begitu pula yang disampaikan oleh Setya Novanto ketika dimintai komentarnya soal terpilihnya Trump. Trump benar-benar ingin mengembangkan investasi di Indonesia, dan hal itu sudah dilakukan. Orang-orangya sudah mengetahui situasi di Indonesia. Pandangan dan harapannya untuk membangun kerja sama yang lebih baik dengan Indonesia dapat terwujud.
Apalagi Presiden Joko Widodo telah beberapa kali melakukan kunjungan ke AS sehingga memiliki potensi besar bagi hubungan RI-AS yang lebih baik.
Bagi Novanto, ada kesamaan "chemistry" antara Jokowi dan Trump, sama-sama memiliki pikiran dapat memberi kontribusi besar pada kedua negara.
Namun kebijakan Trump bagi dunia internasional, termasuk Indonesia, masih ditunggu hingga pelantikannya pada Januari mendatang.
Trump yang terkenal memiliki komentar kontroversial saat kampanye dengan janji mendeportasi imigran, membangun tembok perbatasan antara AS dan Meksiko, mencegah kaum Muslim masuk wilayah AS dan mengancam akan "meninggalkan sekutu-sekutunya", kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Dewi Fortuna Anwar, tentu membuat cemas komunitas global.
Belum lagi keberpihakannya kepada Israel yang dikhawatirkan akan berpengaruh kepada kedaulatan bangsa Palestina.
Indonesia bersama negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) berada di garis depan dalam membela kedaulatan bangsa Palestina.
Oleh karena itu sangat menarik bagi Indonesia untuk mengantisipasi perkembangan mendatang soal kehadiran pemerintahan AS di bawah kepemimpinan Trump. Kerja sama yang saling menguntungkan tentu saja tetap menjadi prioritas. (Ant).
Hasil Pemilu Presiden AS Bagi Indonesia
Kamis, 10 November 2016 15:59 WIB
Indonesia bersama negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) berada di garis depan dalam membela kedaulatan bangsa Palestina.