Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin awal pekan tertekan, didominasi faktor eksternal.
Rupiah ditutup melemah 92 poin atau 0,61 persen ke posisi Rp15.130 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.038 per dolar AS.
"Memang hari ini tertekan cukup signifikan, terpengaruh oleh sentimen global, di mana indeks USD (DXY) naik menembus level 113, tertinggi selama 20 tahun terakhir," kata Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Sentimen kebijakan moneter The Federal Reserve AS masih membayangi pasar. The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada September ini, melanjutkan langkah serupa dari Juni dan Juli lalu.
The Fed juga mengindikasikan masih akan ada kenaikan suku bunga hingga akhir 2022 sebagai upaya bank sentral untuk menekan inflasi yang tinggi di Negeri Paman Sam.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell berjanji bahwa ia dan sesama pembuat kebijakan akan terus berjuang untuk mengalahkan inflasi.
Target suku bunga kebijakan The Fed sekarang berada di level tertinggi sejak 2008 ke kisaran 4,25-4,5 persen pada akhir tahun ini dan berakhir pada 2023 di 4,5-4,75 persen.
"Pelemahan rupiah memang lebih banyak didominasi faktor eksternal, karena secara fundamental kondisi ekonomi, termasuk keseimbangan eksternal Indonesia masih sangat baik," ujar Rully.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.066 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.063 per dolar AS hingga Rp15.135 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat melemah ke posisi Rp15.119 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.035 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah melemah tembus Rp15.000 per dolar AS setelah The Fed naikkan suku bunga
Baca juga: Rupiah Rabu pagi ditransaksikan melemah 28 poin
Rupiah melemah tertekan dominasi faktor eksternal
Senin, 26 September 2022 16:26 WIB