Depok (ANTARA) - Pemerhati Politik Lingkar Madani, Ray Rangkuti mengatakan wacana capres alternatif mendorong subtansi Pilpres 2024 yang memberikan sinyal kejenuhan publik terhadap nama-nama figur yang sudah lebih dulu populer.
"Capres alternatif itu bukan sekadar figur yang juga populer, melainkan figur yang memiliki gagasan dan terasosiasi dengan isu dan substansi tertentu. seperti dalam bidang ekonomi kemandirian ada Rizal Ramli, di bidang pembangunan teknologi ada Ilham Habibie, dan di bidang demokrasi ada Jimly Asshiddique," kata Ray Rangkuti dalam keterangannya, Rabu.
Hal ini disampaikan oleh Pemerhati Politik Lingkar Madani, Ray Rangkuti, dalam acara diskusi bertajuk "Mencari Capres Alternatif & Membaca Arah Koalisi" yang diselenggarakan oleh Para Syndicate, di Jakarta.
Ray menambahkan masyarakat jangan ragu untuk memberikan tuntutan bagi para figur dan partai politik untuk fokus kepada tantangan pembangunan Indonesia pasca 2024.
Menurutnya, capres alternatif juga harus memberikan efek kejut bagi partai yang mendukungnya. Efek kejut akan menarik perbincangan bukan lagi dari sekadar di dunia medsos, tapi juga di dunia ide.
"Sebagai contoh, Ilham Habibie, kita kenal bukan orang yang ingin menonjol di dunia politik, tapi justru ini efek kejutnya, jika ada partai politik yang mendukungnya, maka akan menjadi perhatian publik," jelas Ray.
Ray menambahkan, terdapat dua model capres alternatif, capres strategis, dan capres realistis. Capres strategis merupakan figur alternatif yang dapat ikut mengerek popularitas partai, dalam hal ini capres yang memiliki efek kejut tinggi seperti nama Ilham Habibie dan nama – nama lainnya perlu dipertimbangkan.
Sedangkan capres realistis merupakan capres yang dipilih pada last minute sebelum didaftarkan ke KPU. Partai – partai politik menengah justru perlu melirik cara memunculkan nama dengan efek kejut tersebut.
Senada dengan Ray, Ari Nurcahyo dari Para Syndicate menegaskan bahwa capres alternatif adalah figur yang dapat membuka perspektif bahwa elektabilitas, popularitas, dan akseptabilitas hanya satu variabel dalam penentuan capres.
Ari, sebagaimana mengutip pernyataan Presiden Jokowi, menegaskan bahwa capres 2024 harus bekerja keras untuk dapat menjawab tantangan pembangunan Indonesia ke depan.
Lebih jauh, nama–nama capres alternatif masih mungkin dimunculkan karena perlunya upaya untuk memperkuat substansi dan minat publik terhadap pilpres.
Di sisi lain, narasumber dari Litbang Kompas, Toto Suryaningtyas, memaparkan hasil penelitian Litbang Kompas yang dilakukan pada Januari dan Juni 2022.
Dalam paparannya, nama-nama seperti Prabowo, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan saat ini masih menjadi tiga besar top of mind di masyarakat untuk capres 2024. Kendati demikian, ada gap yang sangat besar antara popularitas dan elektabilitas 3 nama tersebut.
"Elektabilitas tiga nama tadi mengalami stagnansi. Belum ada satupun capres yang benar-benar memiliki elektabiltas yang sangat tinggi," terangnya.
"Dari pertanyaan yang kita ajukan kepada responden, ada ruang elektabilitas sebesar 15 persen bagi capres alternatif. Jika seperti ini, maka posisi cawapres akan jauh lebih realistis," ujar Toto.
Pemerhati Politik: Capres alternatif dorong subtansi Pilpres 2024
Rabu, 31 Agustus 2022 19:45 WIB
Capres alternatif itu bukan sekadar figur yang juga populer, melainkan figur yang memiliki gagasan dan terasosiasi dengan isu dan substansi tertentu....