Tangerang (Antara Megapolitan) - Para petani di Kabupaten Tangerang, Banten, beralihprofesi menjadi pembuat batu bata saat musim kemarau. Itu dilakukan untuk menambah keuangan keluarga mereka.
"Lumayan untuk mendapatkan uang, karena sawah kering itu dapat dimanfaatkan sebaik mungkin," kata Juwono (48) seorang petani di Desa Margamulya, Kecamatan Mauk di Tangerang, Minggu.
Juwono mengatakan kondisi tanah sawah yang mulai retak akibat kekeringan dapat dimanfaatkan membuat bata untuk bahan bangunan.
Sebuah bata yang sudah jadi, dijual dengan harga Rp600 dan bila dipasarkan ke toko material seharga Rp800.
Bapak tiga anak ini mengunakan tanah sawah untuk membuat bata dengan cara diberi air lalu diaduk dan diinjak-injak hingga rata kondisi setengah lembek.
Setelah tanah itu diaduk rata kemudian dicetak mengunakan kayu segi empat ukuran panjang 15,5 centimeter dan lebar 7,5 centimeter. Bata yang sudah dicetak itu lalu dijemur selama dua hari dengan cara disusun di pinggir sawah pada areal yang belum digarap.
Bila bata sudah kering, maka petani membakar dengan mengunakan kulit padi (sekam) yang dibuang oleh pemilik tempat pengilingan padi dan sebagian kayu bekas.
Usaha ekonomi kreatif saat kemarau itu oleh warga Kecamatan Mauk tidak saja dilakukan Juwono, tapi juga dilakukan sejumlah petani lainnya di daerah itu.