Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin awal pekan ini, melemah meskipun neraca perdagangan pada Februari 2020 surplus 2,34 miliar dolar AS.
Rupiah ditutup melemah 155 poin atau 1,05 persen menjadi Rp14.933 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.778 per dolar AS.
Baca juga: Presiden Jokowi minta menteri beritahu perusahaan tidak lakukan PHK
"Pasar kurang merespons surplus neraca perdagangan karena saat ini pemerintah sedang fokus penanganan virus corona yang sudah merebak di seluruh negeri sehingga perlu penanganan yang serius dari pemerintah," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Senin.
Baca juga: Kota Bogor masih bebas dari kasus positif COVID-19
Dari eksternal, The Fed mengejutkan pelaku pasar dengan mengumumkan penurunan suku bunga acuan. Tidak main-main, Gubernur The Fed Jerome Powell dan kolega memangkas Federal Funds Rate 100 basis poin (bps) menjadi 0-0,25 persen, terendah sejak 2015.
Seyogyanya rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Commitee/FOMC) baru berlangsung pada 17-18 Maret 2020 mendatang.
Baca juga: ASN Pemkab Bogor tetap wajib ngantor
"Sepertinya kondisi begitu genting sehingga The Fed tidak bisa menunggu lagi," ujar Ibrahim.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.705 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.705 per dolar AS hingga Rp14.968 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.818 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.815 per dolar AS.
Kurs Rupiah awal pekan melemah meski neraca perdagangan surplus
Senin, 16 Maret 2020 23:50 WIB
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.705 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.705 per dolar AS hingga Rp14.968 per dolar AS.