New York (ANTARA) - Minyak berjangka naik tipis pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), setelah jatuh selama lima hari, mendapatkan dukungan dari rebound di bursa saham Wall Street dan pembicaraan bahwa OPEC dan sekutunya mungkin memperketat pasar di tengah kekhawatiran virus corona dapat menekan permintaan minyak.
Saham-saham AS menguat karena kenaikan saham teknologi dan keuangan membantu indeks utama pulih dari aksi jual terbesar mereka dalam waktu sekitar empat bulan, di tengah kekhawatiran atas wabah virus corona dan kemungkinan dampaknya pada pertumbuhan global.
Minyak mentah berjangka Brent naik 19 sen atau 0,3 persen menjadi menetap di 59,51 dolar AS per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 34 sen atau 0,6 persen menjadi berakhir di 53,48 dolar AS per barel.
"Sebagian besar kenaikan pasar minyak hari ini mencerminkan dampak dari rebound yang kuat di pasar ekuiti," Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois, mengatakan dalam sebuah laporan, mencatat dolar yang kuat juga membatasi "antusiasme beli di kompleks energi".
Baca juga: Harga emas turun setelah saham pulih, dolar menguat jelang pertemuan Fed
Dolar AS naik ke level tertinggi sejak awal Desember terhadap sekeranjang mata uang. Harga minyak biasanya dihargai dalam dolar AS sehingga greenback yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal untuk pembeli dengan mata uang lainnya.
Pada Senin (27/1/2020), kedua harga acuan minyak turun ke level terendah sejak Oktober dengan Brent jatuh sebanyak 18 persen dan WTI anjlok sebanyak 21 persen dari tertinggi yang dicapai pada awal Januari ketika ketegangan AS-Iran. Kontrak kedua minyak berjangka berada di jalur untuk penurunan bulanan terbesar sejak Mei.
Pasar juga menunggu laporan persediaan minyak mingguan AS, dengan data dari American Petroleum Institute (API) pada pukul 16.30 waktu setempat diperkirakan akan menunjukkan kenaikan minyak mentah 500.000 barel minggu lalu, sementara stok bensin kemungkinan memperpanjang kenaikan mereka ke minggu ke-12 berturut-turut.
Baca juga: Antisipasi corona, titik masuk Jabar dipasangi alat pendeteksi panas
Arab Saudi, pemimpin de-facto Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), telah berusaha untuk menenangkan kegelisahan pasar, mendesak kehati-hatian terhadap ekspektasi suram tentang dampak virus pada permintaan minyak global.
Para pejabat OPEC juga mulai mempertimbangkan opsi-opsi seperti memperpanjang pengurangan produksi minyak saat ini hingga setidaknya Juni, dengan kemungkinan pengurangan yang lebih dalam jika permintaan minyak di China sangat terpukul oleh virus, kata sumber-sumber OPEC.
OPEC+, kelompok produsen yang termasuk sekutu seperti Rusia, telah mengurangi pasokan minyak untuk mendukung harga, menyetujui pada Desember untuk memotong produksi 1,7 juta barel per hari (bph) hingga akhir Maret.
Presiden Xi Jinping mengatakan pada Selasa (28/1/2020) bahwa China yakin akan mengalahkan virus korona “setan” yang telah menewaskan 106 orang, tetapi ketakutan internasional meningkat ketika wabah menyebar ke seluruh dunia.
Minyak naik karena saham 'rebound' setelah aksi jual terkait virus Corona
Rabu, 29 Januari 2020 7:03 WIB
Dolar AS naik ke level tertinggi sejak awal Desember terhadap sekeranjang mata uang. Harga minyak biasanya dihargai dalam dolar AS sehingga greenback yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal untuk pembeli dengan mata uang lainnya.