Bojonegoro, Jawa Timur (ANTARA) - Universitas Bojonegoro (Unigoro) Jawa Timur mengajak masyarakat di daerah setempat ikut melestarikan keberadaan anggrek spesies endemik hutan jati bernama Dendrobium Capra atau anggrek larat hijau yang terancam punah.
"Mengajak pemerintah dan masyarakat setempat menjaga keberadaan anggrek larat hijau mengingat statusnya terancam punah di habitat aslinya," kata dosen Ilmu Lingkungan Unigoro Dr. Laily Agustina R di Bojonegoro, Selasa.
Berdasarkan penelusuran pustaka di berbagai jurnal ilmiah, disebutkan pada 2008 peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan keberadaan anggrek tersebut di kawasan hutan jati Bojonegoro dan Madiun sejumlah 240 individu.
Baca juga: Universitas Bojonegoro ingatkan industri tembakau soal pengelolaan limbah
Namun pada 2022 LIPI kembali melakukan penelitian yang menyebutkan bahwa jumlah Dendrobium Capra tinggal 215 individu, sehingga menjadikan kondisi yang kurang bagus terhadap populasi anggrek tersebut di Bojonegoro.
"Meskipun masyarakat belum banyak yang tahu, Bojonegoro mempunyai spesies tanaman unik di kawasan hutan Kecamatan Dander dan Bubulan," ujarnya.
Menurut dia, keberadaan Dendrobium Capra menambah nilai plus terhadap bio site kawasan hutan jati yang menjadi bagian dari Geopark Bojonegoro.
Oleh sebab itu, diperlukan status kawasan konservasi di titik lokasi Dendrobium Capra di kawasan Perhutani Bojonegoro karena ada dua ancaman serius mengintai keberlangsungan tanaman endemik tersebut.
"Adanya informasi dari mantri hutan setempat kalau masyarakat luar kawasan sering ambil anggrek tersebut, dan dalam waktu dekat ini pohon jati berusia 50 tahun lebih akan ditebangi," katanya.
Baca juga: Unigoro Jawa Timur bangun instalasi pemanfaatan air hujan
Laily menjelaskan Dendrobium Capra secara morfologi tidak seperti anggrek-anggrek pada umumnya karena berwarna hijau dengan semburat ungu di tengahnya. Keistimewaan tanaman anggrek ini hanya berbunga setahun sekali yakni pada bulan Februari.
Kawasan hutan jati Bojonegoro pun berbeda dengan daerah lain karena bisa jadi yang tersisa sebagai habitat alami anggrek larat hijau. Selain itu, tidak mudah menemukan dan posisinya berada di hampir pucuk pohon jati.
"Anggrek larat hijau ini hanya tumbuh di pohon jati berusia 50 tahun lebih dan tidak mudah langsung dikenali, meskipun batangnya seperti anggrek-anggrek pada umumnya, namun bunganya berbeda," katanya.
