Bogor (Antaranews Megapolitan) - Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi dan produksi nikel terbesar di dunia. Nikel merupakan pertambangan mineral dengan prospek cukup besar. Produksi nikel yang tinggi terkadang tidak berimbang dengan kondisi kerusakan lingkungan yang terjadi pada daerah pertambangan dan daerah-daerah pasca tambang. Limbah dari produksi tambang nikel bisa mencemari lingkungan yang bisa meluas hingga ke pemukiman masyarakat dan makhluk biologis lainnya.
Pertambangan logam umumnya dilakukan pada tanah dengan kandungan logam tinggi. Pemilihan teknologi dalam proses pertambangan menjadi hal yang penting supaya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan dapat diminimalisir.
Peduli akan kondisi saat ini dan masalah serius yang ditimbulkan akibat pertambangan nikel, tiga mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menawarkan solusi dengan konsep pertambangan ramah lingkungan dan meminimalisir efek bahaya pada lingkungan. Mereka menyebutnya phytomining.
Phytomining merupakan teknologi yang memanfaatkan tumbuhan sebagai agen pengakumulasi logam berat penyebab pencemaran lingkungan. Konsep phytomining sangat berpotensi untuk diterapkan di Indonesia. Karena menggunakan agen tumbuhan untuk mengakumulasi logam, tentu teknologi ini lebih efisien dalam segi ekonomi.
Inovasi yang ditawarkan yaitu menentukan tumbuhan yang cocok untuk mengakumulasi nikel. Luthfiani Maulidya Rahmah, Robby Firdaus, dan Indah Prima Desi di bawah bimbingan Dr. Hamim menganalisis bagaimana kemampuan tumbuhan potensial untuk mengakumulasi logam seperti nikel. Tumbuhan yang dapat tumbuh dengan cepat dan menghasilkan biomassa tinggi untuk mengurangi efek logam berat dari hasil pertambangan.
Gagasan ini berhasil mendapatkan pendanaan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2018 di bidang penelitian.
“Kami meneliti dan melihat bagaimana potensi dari tumbuhan meniran merah dan meniran hijau dalam mengakumulasi nikel. Tujuannya untuk mengurangi logam berbahaya yang ada pada tanah di area pertambangan. Pemanfaatan tanaman meniran sangat cocok dan potensial, karena saat ini meniran belum banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat,” papar Luthfiani.
Meniran merupakan tanaman gulma yang dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi. Tanaman ini bukanlah tanaman musiman, tumbuh luas di seluruh wilayah Asia. Biasanya tanaman ini tumbuh di tempat lembab, sawah, dan pekarangan rumah.
PKM di bidang penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman meniran memiliki potensi tinggi untuk dimanfaatkan dalam teknologi tambang phytomining. Meniran tergolong tanaman hiperakumulator yaitu tanaman yang mempunyai kemampuan mengakumulasi logam dari tanah dan menyalurkannya ke bagian khusus dari tumbuhan tersebut.
“Meniran cocok diaplikasikan untuk konsep phytomining dalam teknologi tambang yang ramah lingkungan yang bisa meminimalisir secara signifikan dampak pencemaran lingkungan,” ujarnya. (HA/ZUL)
Penelitian mahasiswa IPB simpulkan meniran bisa serap unsur logam pada lahan tambang
Selasa, 21 Agustus 2018 14:06 WIB
Kami meneliti dan melihat bagaimana potensi dari tumbuhan meniran merah dan meniran hijau dalam mengakumulasi nikel.