Jakarta (ANTARA) - Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai nilai tukar (kurs) rupiah menguat dipengaruhi kekhawatiran retaliasi negara-negara terhadap kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).
“Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang melemah oleh kekhawatiran retaliasi negara-negara terhadap tarif Trump akan berpotensi menyebabkan resesi di AS,” ujarnya kepada Antara di Jakarta, Jumat.
Salah satu negara yang berjanji untuk membalas kebijakan dari Presiden AS Donald Trump tersebut adalah Kanada. Perdana Menteri (PM) Kanada Mark Carney menyatakan bahwa pihaknya akan melawan tarif ini dan bakal membangun ekonomi terkuat di G7.
Tarif sebesar 10 persen untuk barang-barang berdasarkan Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA) berhasil dihindari Kanada, tetapi barang-barang lain yang tidak tercakup dalam perjanjian tersebut akan dikenakan tarif sebesar 25 persen dan 10 persen untuk energi dan kalium.
Selain itu, akan ada tarif sebesar 25 persen untuk impor mobil asing mulai pukul 12.01 dini hari Kamis, serta tarif sebesar 25 persen untuk baja dan aluminium Kanada masih berlaku.
Meskipun Kanada dan Meksiko tampaknya telah lolos dari tarif terburuk yang diumumkan pada "Hari Pembebasan," sebagaimana Trump menyebutnya, dampaknya akan terasa, dan Mark Carney berjanji untuk membalas.
Berdasarkan berbagai faktor tersebut, kurs rupiah diprediksi berkisar Rp16.600-Rp16.800 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Jumat pagi di Jakarta menguat sebesar 93 poin atau 0,55 persen menjadi Rp16.653 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.746 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah melemah dipengaruhi perang dagang