Jakarta (ANTARA) - Dewan Hakim MTQ asal Indonesia Said Aqil Husin mengatakan sistem perhakiman Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) di Indonesia telah dicontoh oleh sejumlah negara, seperti Iran, Irak, hingga Malaysia dalam proses penilaiannya.
"Saya selalu menjadi narasumber di Iran, di Irak, bahkan di Malaysia itu sistem perhakimannya sudah mengikuti kita. Kenapa? Karena kita mempunyai sistem perhakiman yang begitu detail," ujar Said Agil di Jakarta, Kamis.
Said Agil mengatakan salah satu faktor yang menjadikan sistem perhakiman Indonesia begitu dihormati adalah tingkat kedetailan yang dimilikinya.
Menurut dia, pemilihan peserta terbaik dalam MTQ Indonesia tidak hanya bergantung pada apa yang didengar, tetapi harus didasari dengan ilmu pengetahuan yang mendalam.
"Jadi, dari situ bisa terdeteksi keahlian dari seorang hakim itu untuk bisa memberikan penilaian dari apa yang dibaca. Kenapa? Karena Al Quran itu memang luar biasa," kata dia.
Baca juga: Kemenag sebut sebanyak 50 juara MTQ telah diangkat jadi anggota Polri
Baca juga: Menag Nasaruddin Umar ibaratkan MTQ di Indonesia seperti pesta rakyat
Salah satu aspek yang membedakan sistem perhakiman Indonesia adalah kemampuan untuk menilai penghayatan dalam membaca Al Quran.
Said Agil juga mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara pertama yang menerapkan ilmu Tadabur dalam sistem perhakiman MTQ.
"Al Quran dibaca juga harus ada aturan mainnya. Nah, semua disiplin ilmu terkait itu sudah di situ. Contoh saja, penghayatan. Bagaimana cara seorang hakim tahu antara satu Qori membaca ada yang penghayatannya memang kelihatan, ada yang tidak. Itu semuanya bisa terdeteksi," kata dia.
Indonesia kembali menggelar MTQ tingkat internasional yang berlangsung di Jakarta pada 28 Januari hingga 2 Februari 2025. Penyelenggaraan MTQ Internasional di Indonesia ini menjadi yang keempat kali setelah sebelumnya digelar pada 2003, 2013, dan 2015.
MTQ Internasional ke-4 mengusung tema “Al-Qur’an, Environment, and Humanity for Global Harmony”, yang menitikberatkan pada peran Al Quran dalam menjaga lingkungan, membangun nilai kemanusiaan, serta menciptakan harmoni global.
Baca juga: Menag buka MTQ internasional IV di Jakarta
Dua cabang lomba utama yang dipertandingkan adalah Tilawah dan Tahfiz Al Quran. Dari 187 negara yang mengikuti tahap pra-kualifikasi pada 2023, sebanyak 60 peserta dari empat benua lolos ke babak grand final. Delegasi itu terdiri atas 17 peserta Tilawah Putra, 7 peserta Tilawah Putri, 19 peserta Tahfiz Putra, dan 17 peserta Tahfiz Putri.
Ajang ini akan dinilai oleh 22 dewan hakim yang berkompeten dan berstandar internasional. Sebanyak 15 berasal dari Indonesia, sementara 7 dewan hakim lainnya berasal dari Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara.