Jakarta (ANTARA) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan pentingnya peningkatan kualitas bandara di Indonesia agar mampu bersaing dengan fasilitas serupa di negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Erick menyampaikan hal ini dalam diskusi terkait pengembangan sektor transportasi udara yang dilakukan bersama PT Angkasa Pura Indonesia dan InJourney Airports.
"Kita perlu meng-upgrade bandara-bandara di Indonesia. Untuk tahap awal, secara bertahap dimulai dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta Banten dan Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali," ujar Erick dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Erick menyampaikan, bandara adalah jendela sebuah bangsa. Baik wisatawan maupun pengunjung yang datang dari luar negeri pasti yang pertama dilihat adalah fasilitas, pelayanan, dan kenyamanan bandaranya.
Baca juga: Menteri BUMN optimalkan layanan haji dan umrah di Terminal 2F Soekarno-Hatta
Menurutnya, upaya peningkatan kualitas bandara tidak selalu harus dengan pembangunan terminal baru. Ia menyebut, sebelumnya terdapat rencana pembangunan Terminal 4, yang setelah dikaji membutuhkan anggaran hingga Rp14 triliun.
Namun setelah dilakukan riset, kata Erick, cukup dengan melakukan perbaikan terminal yang menggunakan anggaran sebesar Rp1 triliun.
"Kita sampaikan, kalau memang belum dibutuhkan, kenapa kita harus lakukan pembangunan terminal baru senilai Rp14 triliun. Melalui kajian komprehensif, ternyata hanya perlu Rp1 triliun untuk melakukan sejumlah perbaikan di terminal yang ada. Dengan Rp 1 triliun, kita bisa rapikan semua dengan baik," ucap Erick.
Erick menyebut, langkah efisiensi ini tidak hanya memberikan penghematan besar, tetapi juga meningkatkan kapasitas penumpang Bandara Internasional Soekarno-Hatta secara signifikan, dari 56 juta menjadi 94 juta penumpang per tahun.
Baca juga: Menteri BUMN pastikan Bandara baru Yogyakarta beroperasi April
"Saya mengapresiasi seluruh tim dari PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports. Di Kementerian BUMN, kami melakukan review terhadap proyek-proyek yang dinilai yang tidak efisien di BUMN. Bayangkan efisiensi dari Rp 14 triliun ke Rp1 triliun, tapi tetap mampu mendorong peningkatan kapasitas, ini yang kita dorong dan perbaiki bersama," kata Erick.
Dengan langkah ini, Erick berharap bandara di Indonesia tidak hanya memenuhi standar internasional, tetapi juga menjadi kebanggaan bangsa yang mampu bersaing di kancah global.