Depok (ANTARA) - Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Ir. T. Ezni Balqiah, M.E., M.H. mengatakan pencapaian Sustainability Development Goals (SDGs) membutuhkan keseimbangan antara ekonomi dan ekologi.
"Situasi tersebut mendesak penerapan ekonomi sirkular yang menawarkan cara pandang berbeda dari ekonomi tradisional," kata Prof. Dr. Ir. T. Ezni Balqiah, di UI Depok, Kamis.
Ia mengatakan ekonomi sirkular memperpanjang masa pakai produk dengan penggunaan berulang, perbaikan, dan pengolahan kembali material untuk menciptakan siklus yang berkelanjutan.
Implikasi lainnya, sistem ini mampu mengurangi limbah, menekan emisi karbon, dan meningkatkan efisiensi energi.
Baca juga: UI dan MRT Jakarta jajaki peluang kolaborasi dukung program SDGs
Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan perekonomian terbesar di Asia Tenggara mulai mengadopsi konsep ekonomi sirkular dalam berbagai sektor, dengan mengacu pada prinsip 9R, yakni refuse, rethink, reduce, reuse, repair, refurbish, remanufacture, repurpose, dan recycle.
Refuse artinya menghindari redudansi pembuatan sebuah produk dengan fungsi yang sama. Rethink berarti menggunakan produk secara lebih intensif, sedangkan reduce meningkatkan efisiensi produksi dan guna produk dengan menggunakan lebih sedikit material.
Adapun reuse berarti menggunakan kembali produk yang masih layak pakai tanpa mengubah fungsinya, repair ‘memperbaiki produk yang sudah rusak’, sementara refurbish ‘memulihkan produk, biasanya produk yang sudah lama supaya dapat berfungsi kembali’.
Selanjutnya, remanufacture berarti menggunakan sebagian komponen dari produk lama yang sudah tidak berfungsi untuk digunakan di produk baru dengan fungsi yang sama. Repurpose ‘memanfaatkan produk yang sudah tidak berfungsi untuk digunakan kembali dengan fungsi yang berbeda’.
Baca juga: Mahasiswa UI berperan aktif dukung pencapaian SDGs
Recycle ‘mengolah material untuk menghasilkan material yang sama (dengan kualitas yang sama atau lebih rendah), sedangkan recover adalah proses konversi material menjadi sumber energi.
Implementasi ekonomi sirkular oleh perusahaan memberi keuntungan ekonomi, di antaranya menghemat biaya produksi dan meningkatkan daya tarik produk, terutama bagi konsumen yang peduli terhadap lingkungan.
Beberapa contoh nyata adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Biomagg yang mengolah sampah organik untuk budi daya maggot sebagai pakan ternak serta Creabrush yang memanfaatkan kaleng dan kardus bekas untuk dijadikan bahan baku utama pembuatan furnitur.
Inisiatif dan inovasi ini tidak hanya membantu mengurangi limbah, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat.
Baca juga: BEM UI resmi luncurkan program UI SDGs Summit
Dalam hal ini, akademisi dapat mendukung transisi ekonomi sirkular melalui peran Tri Dharma Perguruan Tinggi, utamanya pada aspek teknologi atau kapabilitas inovasi. Kesadaran menjaga lingkungan dan kepedulian sosial harus menjadi kompas dalam setiap langkah dan tindakan dalam penciptaan nilai bagi perusahaan.
"Selain efisiensi ekonomi, ekonomi sirkular perlu memerhatikan keberlanjutan ekologi untuk kesejahteraan generasi saat ini maupun masa depan,” ujar Prof. Ezni.
Guru Besar UI: Pencapaian SDGs butuh keseimbangan antara ekonomi dan ekologi
Kamis, 18 Juli 2024 22:24 WIB
Situasi tersebut mendesak penerapan ekonomi sirkular yang menawarkan cara pandang berbeda dari ekonomi tradisional.