Sebagaimana diketahui, Masjid Istiqlal menerapkan daur ulang air wudu para jamaah untuk dimanfaatkan kembali sebagai air yang digunakan untuk menyiram tanaman dan menyemprot debu di lingkungan masjid.
"Apa yang kami lakukan di Masjid Istiqlal semoga bisa menjadi inspirasi, menjadi contoh bagi masjid lainnya, termasuk rumah ibadah lain di Indonesia, agar semoga bisa menggunakan air yang telah digunakan untuk dapat digunakan kembali," kata Wakil Kepala Bidang Riayah BPMI Her Pramtama yang ditemui ANTARA di Jakarta, Senin.
Temi, sapaan akrabnya, menjelaskan Masjid Istiqlal mendaur ulang air bekas wudu jamaah dengan mengumpulkannya di dalam satu tangki khusus, untuk kemudian diproses dalam sebuah mesin penyaring dan ditampung kembali pada tangki terpisah.
Dengan kapasitas mesin yang mencapai 4 meter kubik (m³) per jam, dan waktu penggunaan harian antara 3-5 jam per hari, kata dia, maka Masjid Istiqlal sanggup mendaur ulang air wudu hingga 12-20 m³ air, atau sekitar 12.000-20.000 liter per hari.
"Ini memang belum ideal, belum maksimal, karena keterbatasan dari peralatan yang kita miliki, tapi setidaknya kita sudah mulai," ujarnya.
Baca juga: Warga Bogor diminta hemat gunakan air bersih
Tidak hanya melakukan penghematan di hulu, Temi menekankan pihaknya juga berupaya melakukan penghematan di hilir, yakni dengan cara menggunakan keran air dan urinoar hemat air, serta menerapkan sistem dual flush di setiap toiletnya.
Hal tersebut, ungkap temi, dibuktikan dengan sertifikat Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) yang diraih Masjid Istiqlal pada 2022 sebagai rumah ibadah dengan bangunan ramah lingkungan atau green building, yang menyatakan bahwa Masjid Istiqlal lebih hemat air sebesar 36 persen.
Selain berharap Masjid Istiqlal bisa menjadi inspirasi bagi masjid lainnya, Temi juga mengajak kepada para pengurus masjid di Indonesia untuk menerapkan perilaku hemat air, agar tak ada air yang terbuang sia-sia.
Hal tersebut senada dengan misi yang dibawa pada World Water Forum ke-10 yang fokus membahas empat hal, yakni konservasi air (water conservation), air bersih dan sanitasi (clean water and sanitation), ketahanan pangan dan energi (food and energy security), serta mitigasi bencana alam (mitigation of natural disasters).
Sebanyak 244 sesi dalam forum tersebut diharapkan dapat memberikan hasil konkret mengenai pengarusutamaan pengelolaan air terpadu untuk pulau-pulau kecil atau integrated water resources management (IWRM) on small islands, pembentukan pusat keunggulan atau praktik terbaik untuk ketahanan air dan iklim atau Centre of Excellence on Water and Climate Resilience (COE), serta penetapan Hari Danau Sedunia.