Jakarta (ANTARA) - Industri pembangkit listrik yang menggunakan batu bara terbukti dapat bergerak cepat dan menunjukkan pada dunia bahwa bisnis ini terbukti ramah lingkungan.
Abu pembakaran batu baru yang sebelumnya tergolong limbah B3 telah dikeluarkan dari daftar pada 2021 dan menjadi limbah non-B3 sehingga pemanfaatannya menjadi produk bernilai guna dan telah legal secara hukum.
Abu dari pembakaran batu bara yang dikenal sebagai fly ash dan bottom ash (FABA) dapat digunakan sebagai pembenah tanah untuk pertanian hingga campuran beton untuk bangunan.
Sebelumnya FABA menjadi limbah yang tidak dapat dimanfaatkan secara legal sehingga menjadi persoalan bagi lingkungan. FABA juga menjadi masalah bagi industri pembangkit listrik karena menjadi tambahan biaya agar tumpukannya tidak mencemari lingkungan sekitar.
Padahal, beragam riset yang dilakukan PT PLN (Persero) dan perusahaan tambang batu bara telah mengungkap FABA dapat dimanfaatkan tanpa mencemari lingkungan karena abu batu bara dapat distabilkan secara fisika sehingga aman dalam bentuk paving block atau paving beton. FABA juga dapat berinteraksi dengan koloid tanah sehingga stabil.
PT PLN sebetulnya telah melakukan upaya mengelola dan memanfaatkan FABA yang dihasilkan dari pembakaran batu bara di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Baca juga: Uji coba bahan bakar pengganti batu bara dari sampah dilakukan Indocement
FABA dimanfaatkan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan serta mendukung konsep ekonomi sirkular. FABA dapat menjadi sumber daya potensial yang mendukung konsep ekonomi sirkular oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah serta masyarakat secara umum.
Pemerintah juga dapat memberi dukungan pembentukan regulasi dan proyek percontohan atau pilot project untuk memanfaatkan FABA melalui kolaborasi antara PLN Group dan Pemerintah pada berbagai level, mulai dari tingkat pusat, daerah, hingga tingkat desa. Pengelolaan FABA harus dilakukan dengan benar agar dapat membuka peluang dalam kegiatan ekonomi sirkular.
Pemanfaatan FABA dalam pembangunan berkelanjutan dan sirkular ekonomi merupakan langkah penting dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. PT PLN telah berupaya mengelola dan memanfaatkan FABA seperti untuk pembangunan jalan, tanggul, dan rumah.
Pada Proyek Taman Sains Teknologi Herbal dan Hortikultura (TSTH2) di Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara, PLN mengubah FABA menjadi 45.000 paving block dari PLTU Labuhan Angin untuk jalan pedestrian seluas 786 meter persegi.
Demikian pula FABA dari PLTU Pacitan untuk pembangunan jalan desa sepanjang 2,1 km dan pembangunan tiga rumah tinggal layak huni di sekitar PLTU Pacitan. Penggunaan FABA dalam pembangunan tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada kinerja beton. Beberapa penelitian dilakukan untuk menganalisis pengaruh substitusi FABA sebagai bahan substitusi parsial semen terhadap kuat tekan beton.
Baca juga: Koalisi desak proses amdal tambang batu bara di habitat Gajah Seblat untuk dihentikan
Substitusi FABA
Riset Hanafi Ashad dan rekan-rekannya dari Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia mengungkap bahwa substitusi FABA sebesar 0 persen hingga 12,49 persen meningkatkan kuat tekan beton. Namun, substitusi FABA dengan kadar yang melebihi 12,49 persen justru berdampak pada penurunan kekuatan beton.
Penelitian lain oleh Adrian Philip Marthinus Marthin dan rekan-rekannya dari Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi menunjukkan penambahan FABA pada beton meningkatkan kuat tarik belah beton.
Terdapat juga penelitian yang mengungkap pengaruh positif substitusi FABA terhadap kuat tekan beton. Namun, perlu diperhatikan kadar optimal substitusi FABA agar tidak mengurangi kekuatan beton
PLN juga bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengirim 8.000 geobag FABA dari PLTU Tanjung Jati B Jepara, Jawa Tengah, untuk pembangunan tanggul sementara dalam mengatasi banjir di Kota Semarang. Geobag FABA juga digunakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jepara untuk penanggulangan bencana abrasi dan banjir di Jepara.
FABA juga dapat dimanfaatkan pada sektor pertanian untuk meningkatkan produktivitas. Kandungan mineral seperti silika, kalsium, magnesium, dan kalium dalam FABA membantu meningkatkan kesuburan tanah dan ketersediaan nutrisi bagi tanaman. FABA juga mengandung unsur hara mikro yang penting, seperti besi, mangan, dan seng, yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Baca juga: BP Geopark Meratus persiapkan bekas tambang batubara di Pengaron wisata geologi
Dari perspektif biologi, FABA mengandung bahan organik yang dapat meningkatkan aktivitas mikroba tanah dan merangsang pertumbuhan mikroba yang menguntungkan.
Mikroba dapat membantu melawan patogen tanaman dan mengurangi risiko penyakit tanaman. Bahkan FABA dapat meningkatkan pH tanah sehingga unsur hara di dalam tanah dapat mudah diserap tanaman.
Sementara dari perspektif fisika, FABA memiliki struktur partikel yang kasar dan pori-pori yang membantu meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air.
Hal ini sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah kekeringan dan meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman. Limbah FABA juga dapat meningkatkan drainase tanah, mencegah genangan air yang berlebihan, dan mengurangi risiko erosi tanah.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah dan berbagai pihak terkait, diharapkan pengelolaan dan pemanfaatan FABA dapat terus ditingkatkan sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan.
*) Penulis adalah Perekayasa Ahli Madya pada Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur-BRIN. Kandidat Doktor di Ilmu Pengelolaan dan Sumber Daya Alam dan Lingkungan-IPB University.
Abu batu bara kini jadi produk bernilai guna dan legal
Oleh Abdul Haris, S.Si., M.Si.*) Rabu, 1 November 2023 10:32 WIB