Jakarta (Antara Megapolitan) - Sebanyak 300 ilmuwan dan teknisi pembuat pesawat tempur dari Indonesia akan dikirim ke Korea Selatan untuk mempelajari pembuatan pesawat tempur KF-X/IF-X.
"Kami akan kirim 200 sampai 300 orang ke Korea," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso di Jakarta, Kamis.
Pengiriman 300 sumber daya manusia Indonesia tersebut merupakan bagian dari kesepakatan antara Indonesia dengan Korea Selatan dalam kontrak pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X yang dikerjakan oleh kedua negara.
Dalam kerja sama pengembangan itu Indonesia-Korsel sepakat membagi biaya pembuatan pesawat sebanyak 20 persen untuk Indonesia dan 80 persen dibiayai Korea Selatan.
Pemerintah Indonesia mengeluarkan dana sebesar Rp18 triliun dalam proyek tersebut sebagai investasi transfer teknologi dan pembuatan purwarupa pesawat KF-X/IF-X.
"Meski kita hanya punya 20 persen share development, tapi untuk semua knowledge development pesawat ini kita dapat 100 persen. Transfer teknologinya semua kita tahu, bukan cuma 20 persen tapi 100 persen," kata Budi.
Seluruh teknisi yang dikirim PT DI akan mempelajari keseluruhan program pengembangan pesawat KF-X/IF-X selama tiga hingga empat tahun di Korea Selatan. Namun jumlah yang terlibat dalam pembuatan pesawat berbeda-beda di tiap unit.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan hanya 20 persen orang Indonesia yang dilibatkan dalam pembuatan pesawat unit pertama dan 50 persen pada unit kedua yang dilakukan di Korea Selatan.
Sedangkan satu unit pesawat KF-X/IF-X yang dibuat di Indonesia akan melibatkan 80 persen SDM Indonesia.
Pemerintah Indonesia pun sudah menyiapkan infrastruktur untuk merakit pesawat KF-X/IF-X di Indonesia dengan membuat hanggar di PT DI.
Hal tersebut berbeda dengan rencana pembuatan kapal selam yang seharusnya dikerjakan di Indonesia pada 2015, namun harus kembali dibuat di Korea Selatan lantaran infrastruktur yang belum siap.