Ketika Gunung Semeru luncurkan awan panas guguran
Senin, 6 Desember 2021 11:30 WIB
Minta doanya, kami berada di Desa Sumberwuluh, Candipuro, sekarang jam 15.00 WIB, Gunung Semeru meletus, keadaan sekarang ini gelap gulita.
Lumajang (ANTARA) - Warga berlarian menyelamatkan diri saat Gunung Semeru meluncurkan awan panas guguran pada Sabtu (4/12).
Peningkatan aktivitas gunung tertinggi di Pulau Jawa itu membuat beberapa desa di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, diliputi awan panas guguran dan hujan abu vulkanik.
"Minta doanya, kami berada di Desa Sumberwuluh, Candipuro, sekarang jam 15.00 WIB, Gunung Semeru meletus, keadaan sekarang ini gelap gulita," kata seorang warga dalam rekaman video mengenai erupsi Semeru yang diunggah di platform media sosial.
Dalam keadaan gelap, warga desa di lereng Gunung Semeru berbondong-bondong mengungsi guna menghindari dampak awan panas guguran dan hujan abu.
Awan panas guguran dan hujan abu dari Gunung Semeru telah menyebabkan warga meninggal dunia dan terluka serta mengakibatkan permukiman dan fasilitas umum rusak.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang yang diperbarui pada Minggu (5/12) pukul 17.00 WIB, bencana alam itu menyebabkan setidaknya 14 orang meninggal dunia dan 69 orang terluka. Warga yang meninggal dunia dan terluka merupakan warga Kecamatan Pronojiwo dan Kecamatan Candipuro.
Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo mengatakan bahwa awan panas guguran Gunung Semeru juga menyebabkan 2.970 rumah dan 13 fasilitas umum rusak. Fasilitas umum yang rusak meliputi jembatan, sarana pendidikan, dan tempat ibadah.
Baca juga: Kampung Renteng yang bagian wilayahnya tertimbun abu vulkanik Gunung Semeru dipadati warga
Jembatan Gladak Perak yang menghubungkan Lumajang dengan Malang ambruk sehingga warga Kecamatan Pronojiwo dan Tempursari tidak bisa mengakses jalan menuju Kota Lumajang.
Kerusakan Gladak Perak membuat Pemerintah Kabupaten Lumajang kesulitan melakukan evakuasi dan menyalurkan bantuan bagi warga yang terdampak letusan Gunung Semeru di Kecamatan Pronojiwo.
Kondisi yang demikian memaksa Pemerintah Kabupaten Lumajang meminta bantuan dari Pemerintah Kabupaten dan Kota Malang untuk menangani korban bencana di wilayah itu.
Luncuran awan panas guguran dan hujan abu Gunung Semeru juga memaksa warga di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo dan Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, mengungsi ke masjid, sekolah, kantor desa, serta tempat-tempat yang dianggap lebih aman.
Di Kecamatan Pronojiwo tercatat ada 305 warga yang mengungsi. Mereka mengungsi di SDN Supiturang 04, Masjid Baitul Jadid, SDN Oro Oro Ombo 3, SDN Oro Oro Ombo 2, Masjid Pemukiman Dusun Kampung Renteng, Balai Desa Oro Oro Ombo, Balai Desa Sumberurip, SDN Sumberurip, dan rumah kerabat.
Selain itu ada 409 warga yang mengungsi di Balai Desa Sumberwuluh, Balai Desa Penanggal, Balai Desa Sumbermujur, Dusun Kampung Renteng dan Dusun Kajarkuning di Desa Sumberwuluh, dan Kantor Camat Candipuro di Kecamatan Candipuro.
Di Kecamatan Pasirian juga ada 188 orang mengungsi. Mereka mengungsi di Balai Desa Condro, Balai Desa Pasirian, Masjid Baiturahman, dan Masjid Nurul Huda.
Karakteristik Semeru
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan bahwa awan panas guguran merupakan ancaman khas Gunung Semeru, yang berada di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang di Provinsi Jawa Timur.
Menurut PVMBG, awan panas guguran yang meluncur dari Gunung Semeru pada 4 Desember 2021 berasal dari ujung aliran lava pada bagian lereng gunung dan endapan dari material batuan bersuhu tinggi.
Awan panas guguran gunung api itu bergerak ke arah lereng tenggara Gunung Semeru sejauh empat kilometer dari puncak atau dua kilometer dari ujung aliran lava, memasuki lembah Sungai Kobokan dan berinteraksi dengan air sungai beserta material lama yang ada di dalam badan sungai, serta mengalir di sepanjang Sungai Kobokan.
Gunung Semeru hingga 5 Desember 2021 pukul 10.00 WIB masih meluncurkan awan panas guguran namun intensitas dan jarak luncurnya sudah cenderung menurun.
Baca juga: Ini data sementara korban luka bakar akibat letusan Gunung Semeru
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eko Budi Lelono menyampaikan peringatan perihal potensi hujan di kawasan kubah lava Gunung Semeru yang dapat menyebabkan aliran lahar dingin yang bergerak ke arah selatan dan tenggara.
"Oleh karena itu untuk sementara memang sebaiknya tidak ada aktivitas di sana," katanya dalam konferensi pers virtual pada Minggu malam (5/12).
Dia mengingatkan bahwa area dalam radius satu kilometer dari puncak gunung tidak aman untuk beraktivitas. Demikian pula area dalam radius lima kilometer dari daerah sobekan kawah yang akan berubah menjadi sungai menuju bawah, terutama di wilayah selatan dan tenggara Semeru.
Penanganan Dampak Erupsi
Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan bahwa dampak letusan Gunung Semeru kali ini lebih parah ketimbang dampak letusan gunung itu pada tahun lalu.
"Saya butuh tambahan relawan, kepada teman-teman komunitas dan lembaga yang bisa membantu kami, untuk besok membantu guna mengevakuasi korban," katanya saat meninjau daerah terdampak letusan Semeru di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Sabtu (4/12) malam.
Sisa lahar yang masih panas dan hujan abu vulkanik membuat petugas kesulitan mengevakuasi warga. Kerusakan jembatan memperburuk kondisi, mempersulit upaya pemerintah untuk menyelamatkan warga dan menyalurkan bantuan.
Bupati Lumajang meminta bantuan dari Bupati dan Wali Kota Malang untuk menangani warga yang terdampak bencana di wilayah Kecamatan Pronojiwo.
Sementara itu, Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati berharap Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengerahkan helikopter untuk mendukung upaya pengevakuasian warga yang terjebak di Dusun Curah Kobokan.
Baca juga: BNPB sebut sejarah letusan Gunung Semeru terekam sejak Tahun 1818
Menurut dia, sekitar 300 keluarga di Dusun Curah Kobokan sudah berhasil dievakuasi namun masih ada beberapa orang yang belum bisa dievakuasi karena daerah itu susah dijangkau melalui jalur darat.
Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa turun ke daerah-daerah yang terdampak peningkatan aktivitas Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang pada Minggu (5/12).
Kepala BNPB melakukan rapat koordinasi penanganan dampak erupsi Gunung Semeru dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Kepala Polda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta, Bupati Lumajang Thoriqul Haq, dan jajaran aparat Pemerintah Kabupaten Lumajang di Kantor Kecamatan Pasiran.
Dalam rapat itu, Suharyanto meminta seluruh kementerian dan lembaga terkait serta pemerintah daerah bahu membahu mengatasi dampak erupsi Gunung Semeru, termasuk membantu mengevakuasi korban dan memenuhi kebutuhan dasar pengungsi.
Ia mengemukakan bahwa posko terpadu tanggap darurat bencana perlu segera dibentuk untuk mengkoordinasi upaya pencarian, penyelamatan, evakuasi, dan penanganan pengungsi.
Menurut dia, BNPB jugakan mengerahkan tiga helikopter untuk membantu pemerintah daerah menangani dampak letusan Gunung Semeru.
Kecepatan respons dan upaya tanggap darurat sangat penting dalam penanganan dampak bencana. Apabila upaya tanggap darurat bencana bisa dilaksanakan dengan cepat maka akan lebih banyak yang bisa diselamatkan.
Namun mitigasi juga tidak kalah penting. Dengan kapasitas mitigasi yang kuat, korban jiwa dan kerugian akibat bencana akan dapat diminimalkan.
Peningkatan aktivitas gunung tertinggi di Pulau Jawa itu membuat beberapa desa di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, diliputi awan panas guguran dan hujan abu vulkanik.
"Minta doanya, kami berada di Desa Sumberwuluh, Candipuro, sekarang jam 15.00 WIB, Gunung Semeru meletus, keadaan sekarang ini gelap gulita," kata seorang warga dalam rekaman video mengenai erupsi Semeru yang diunggah di platform media sosial.
Dalam keadaan gelap, warga desa di lereng Gunung Semeru berbondong-bondong mengungsi guna menghindari dampak awan panas guguran dan hujan abu.
Awan panas guguran dan hujan abu dari Gunung Semeru telah menyebabkan warga meninggal dunia dan terluka serta mengakibatkan permukiman dan fasilitas umum rusak.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang yang diperbarui pada Minggu (5/12) pukul 17.00 WIB, bencana alam itu menyebabkan setidaknya 14 orang meninggal dunia dan 69 orang terluka. Warga yang meninggal dunia dan terluka merupakan warga Kecamatan Pronojiwo dan Kecamatan Candipuro.
Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo mengatakan bahwa awan panas guguran Gunung Semeru juga menyebabkan 2.970 rumah dan 13 fasilitas umum rusak. Fasilitas umum yang rusak meliputi jembatan, sarana pendidikan, dan tempat ibadah.
Baca juga: Kampung Renteng yang bagian wilayahnya tertimbun abu vulkanik Gunung Semeru dipadati warga
Jembatan Gladak Perak yang menghubungkan Lumajang dengan Malang ambruk sehingga warga Kecamatan Pronojiwo dan Tempursari tidak bisa mengakses jalan menuju Kota Lumajang.
Kerusakan Gladak Perak membuat Pemerintah Kabupaten Lumajang kesulitan melakukan evakuasi dan menyalurkan bantuan bagi warga yang terdampak letusan Gunung Semeru di Kecamatan Pronojiwo.
Kondisi yang demikian memaksa Pemerintah Kabupaten Lumajang meminta bantuan dari Pemerintah Kabupaten dan Kota Malang untuk menangani korban bencana di wilayah itu.
Luncuran awan panas guguran dan hujan abu Gunung Semeru juga memaksa warga di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo dan Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, mengungsi ke masjid, sekolah, kantor desa, serta tempat-tempat yang dianggap lebih aman.
Di Kecamatan Pronojiwo tercatat ada 305 warga yang mengungsi. Mereka mengungsi di SDN Supiturang 04, Masjid Baitul Jadid, SDN Oro Oro Ombo 3, SDN Oro Oro Ombo 2, Masjid Pemukiman Dusun Kampung Renteng, Balai Desa Oro Oro Ombo, Balai Desa Sumberurip, SDN Sumberurip, dan rumah kerabat.
Selain itu ada 409 warga yang mengungsi di Balai Desa Sumberwuluh, Balai Desa Penanggal, Balai Desa Sumbermujur, Dusun Kampung Renteng dan Dusun Kajarkuning di Desa Sumberwuluh, dan Kantor Camat Candipuro di Kecamatan Candipuro.
Di Kecamatan Pasirian juga ada 188 orang mengungsi. Mereka mengungsi di Balai Desa Condro, Balai Desa Pasirian, Masjid Baiturahman, dan Masjid Nurul Huda.
Karakteristik Semeru
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan bahwa awan panas guguran merupakan ancaman khas Gunung Semeru, yang berada di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang di Provinsi Jawa Timur.
Menurut PVMBG, awan panas guguran yang meluncur dari Gunung Semeru pada 4 Desember 2021 berasal dari ujung aliran lava pada bagian lereng gunung dan endapan dari material batuan bersuhu tinggi.
Awan panas guguran gunung api itu bergerak ke arah lereng tenggara Gunung Semeru sejauh empat kilometer dari puncak atau dua kilometer dari ujung aliran lava, memasuki lembah Sungai Kobokan dan berinteraksi dengan air sungai beserta material lama yang ada di dalam badan sungai, serta mengalir di sepanjang Sungai Kobokan.
Gunung Semeru hingga 5 Desember 2021 pukul 10.00 WIB masih meluncurkan awan panas guguran namun intensitas dan jarak luncurnya sudah cenderung menurun.
Baca juga: Ini data sementara korban luka bakar akibat letusan Gunung Semeru
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eko Budi Lelono menyampaikan peringatan perihal potensi hujan di kawasan kubah lava Gunung Semeru yang dapat menyebabkan aliran lahar dingin yang bergerak ke arah selatan dan tenggara.
"Oleh karena itu untuk sementara memang sebaiknya tidak ada aktivitas di sana," katanya dalam konferensi pers virtual pada Minggu malam (5/12).
Dia mengingatkan bahwa area dalam radius satu kilometer dari puncak gunung tidak aman untuk beraktivitas. Demikian pula area dalam radius lima kilometer dari daerah sobekan kawah yang akan berubah menjadi sungai menuju bawah, terutama di wilayah selatan dan tenggara Semeru.
Penanganan Dampak Erupsi
Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan bahwa dampak letusan Gunung Semeru kali ini lebih parah ketimbang dampak letusan gunung itu pada tahun lalu.
"Saya butuh tambahan relawan, kepada teman-teman komunitas dan lembaga yang bisa membantu kami, untuk besok membantu guna mengevakuasi korban," katanya saat meninjau daerah terdampak letusan Semeru di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Sabtu (4/12) malam.
Sisa lahar yang masih panas dan hujan abu vulkanik membuat petugas kesulitan mengevakuasi warga. Kerusakan jembatan memperburuk kondisi, mempersulit upaya pemerintah untuk menyelamatkan warga dan menyalurkan bantuan.
Bupati Lumajang meminta bantuan dari Bupati dan Wali Kota Malang untuk menangani warga yang terdampak bencana di wilayah Kecamatan Pronojiwo.
Sementara itu, Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati berharap Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengerahkan helikopter untuk mendukung upaya pengevakuasian warga yang terjebak di Dusun Curah Kobokan.
Baca juga: BNPB sebut sejarah letusan Gunung Semeru terekam sejak Tahun 1818
Menurut dia, sekitar 300 keluarga di Dusun Curah Kobokan sudah berhasil dievakuasi namun masih ada beberapa orang yang belum bisa dievakuasi karena daerah itu susah dijangkau melalui jalur darat.
Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa turun ke daerah-daerah yang terdampak peningkatan aktivitas Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang pada Minggu (5/12).
Kepala BNPB melakukan rapat koordinasi penanganan dampak erupsi Gunung Semeru dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Kepala Polda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta, Bupati Lumajang Thoriqul Haq, dan jajaran aparat Pemerintah Kabupaten Lumajang di Kantor Kecamatan Pasiran.
Dalam rapat itu, Suharyanto meminta seluruh kementerian dan lembaga terkait serta pemerintah daerah bahu membahu mengatasi dampak erupsi Gunung Semeru, termasuk membantu mengevakuasi korban dan memenuhi kebutuhan dasar pengungsi.
Ia mengemukakan bahwa posko terpadu tanggap darurat bencana perlu segera dibentuk untuk mengkoordinasi upaya pencarian, penyelamatan, evakuasi, dan penanganan pengungsi.
Menurut dia, BNPB jugakan mengerahkan tiga helikopter untuk membantu pemerintah daerah menangani dampak letusan Gunung Semeru.
Kecepatan respons dan upaya tanggap darurat sangat penting dalam penanganan dampak bencana. Apabila upaya tanggap darurat bencana bisa dilaksanakan dengan cepat maka akan lebih banyak yang bisa diselamatkan.
Namun mitigasi juga tidak kalah penting. Dengan kapasitas mitigasi yang kuat, korban jiwa dan kerugian akibat bencana akan dapat diminimalkan.