Jakarta, (Antaranews Bogor) - Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Nia Elvina menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo harus bisa membangun kepemimpinan nasional yang kuat.
"Dalam arti Jokowi harus menjadi representasi dari kemauan rakyat banyak atau dengan kata lain masyarakat kelas bawah," katanya di Jakarta, Minggu.
Memberi ulasan mengenai kondisi sosial-politik nasional saat ini, ia melihat sumber utamanya adalah karena lemahnya kepimpinan nasional.
Karena itu, kata dia, Jokowi harus bisa mengubah permainan elite politik parpol pendukungnya.
"Jika tidak kondisi negara akan ini ke depan akan sulit untuk membangun, harapan masyarakat akan semakin sirna, dan dukungan terhadap pemerintahan Jokowi akan semakin lemah, dan ujungnya akan merusak proses demokrasi yang sedang kita bangun," kata anggota peneliti Kelompok Studi Perdesaan Universitas Indonesia itu.
Nia Elvina mengajak untuk berefleksi dari beberapa kasus dan data yang dilansir baru-baru ini.
Ia merujuk data hasil survey yang dipublikasikan oleh BBC London mengenai kepemimpinan Jokowi-JK pada 100 hari, di mana sebagian besar dianggap lemah atau negatif.
Persepsi tersebut didasarkan dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden Jokowi, mulai dari pengangkatan Menko Polhukam, Ketua MK sampai dengan kasus Kapolri dan KPK.
Masyarakat, katanya, menilai Jokowi sebagai sosok pemimpin yang kurang punya jiwa ksatria, keputusannya lebih banyak ditentukan oleh patronnya atau elite parpol pendukungnya dalam pilpres.
"Saya kira berkaca dari survey tersebut, Jokowi harus bisa membangun kepemimpinan nasional yang kuat, dan dapat mengontrol permainan elite politik parpol pendukungnya," kata Sekretaris Program Sosiologi Unas itu.
Apalagi, kata dia, data yang baru saja dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa neraca perdagangan terburuk selama lima tahun terakhir adalah 2014.
"Saya kira Jokowi harus memahami `peringatan awal` ini," demikian Nia Elvina.
Sosiolog: Jokowi harus bangun kepemimpinan nasional kuat
Minggu, 8 Februari 2015 19:34 WIB