Bogor (ANTARA) - Wali Kota Bogor, Bima Arya bersama Sekretaris Daerah (Sekda), Ade Sarip Hidayat dan para kepala OPD Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor serta juara karate tingkat nasional asal SMPN 1 Kota Bogor, Hazel RA mematahkan rokok di hadapan sekitar 2.500 pelajar.
Namun rokok yang dipatahkan bukan rokok dalam arti sebenarnya, melainkan rokok raksasa berbahan styrofoam sebagai bagian dari acara deklarasi Smoke Free Generation, Smoke Free Runner dan Say No To Soft Drink dalam rangkaian kegiatan AP-CAT di Lapangan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Sabtu (21/09/2019) pagi.
Tidak hanya simbolik pematahan rokok, dalam kegiatan tersebut turut dibentangkan giant spanduk Bogor Smoke Free Generation berukuran 5 X 20 meter oleh para pelajar SMA/sederajat, yang diawali lari pagi seputaran jalur Sistem Satu Arah (SSA) bersama 300 pelari dari komunitas lari di Kota Bogor.
Baca juga: Kota Bogor siap jadi tuan rumah AP-CAT sambut delegasi 11 negara
Baca juga: Perluasan Perda KTR tidak pengaruhi PAD Kota Bogor
Usai acara Wali Kota Bogor, Bima Arya menyebutkan, melalui kegiatan Pemkot Bogor ingin menunjukkan konsistensinya dalam upaya menyelamatkan para generasi penerus dan masyarakat Kota Bogor secara umum dari pola hidup yang tidak sehat, salah satunya merokok.
"Kami melakukan langkah ini berdasarkan penelitian dan fakta-fakta. Banyak kejadian di Kota Bogor terkait penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian dimana sebagian besar disebabkan karena jantung, diabetes dan kurang berolahraga. Jadi kita mengajak warga Kota Bogor untuk terus bergerak hidup sehat dan menjauhi asap rokok," kata Bima.
Kedepan aturan Perda KTR yang ada tegas Bima, akan lebih diperkuat, termasuk penegakkan hukumnya untuk menjadikan Kota Bogor ramah bagi pecinta olahraga dan tidak ramah bagi industri tembakau.
Keterlibatan para pelajar diterangkan Bima, untuk mengedukasi, karena berdasarkan penelitian semakin muda dalam mencoba menghisap rokok akan semakin berat kedepannya bagi mereka untuk menghentikan kebiasaan tersebut.
Baca juga: Bima Arya dapat penghargaan Tokoh Pengendali Tembakau dari WHO
Baca juga: Dinkes kembali teliti jumlah perokok di Kota Bogor
"Berdasarkan kajian, jika mudanya tidak merokok akan lebih mudah untuk menyelamatkannya. Karena itu kita tidak pernah berhenti untuk terus mengedukasi para pelajar SD, SMP dan SMA tentang bahaya merokok, tidak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi masyarakat di sekelilingnya. Jika sedari SD, SMP atau SMA tidak merokok kemungkinan besar saat kedepannya juga tidak akan merokok," tutur Bima.
Apresiasi disampaikan Bima terkait upaya pemerintah yang menetapkan kenaikan tarif cukai dengan rata-rata sekitar 23 persen dan menaikkan harga jual eceran atau harga banderol dengan rata-rata sekitar 35 persen mulai 1 Januari 2020.
Menurutnya, kebijakan tersebut menjadi sesuatu yang bagus, karena menjadi salah satu ikhtiar untuk memperkecil ruang bagi industri tembakau dan menyadarkan warga untuk menggunakan uang akan lebih berharga jika dialokasikan membeli makanan sehat daripada untuk membeli rokok.
"Daripada membeli rokok akan lebih baik uang yang ada dibelikan telur, daging atau buah, sesuatu yang lebih bergizi," kata Bima.
Ribuan pelajar di Kota Bogor deklarasikan "Generasi Anti Rokok"
Senin, 23 September 2019 14:26 WIB
Jadi kita mengajak warga Kota Bogor untuk terus bergerak hidup sehat dan menjauhi asap rokok.