Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menyebut gen Z dan milenial saat ini telah menjadi motor baru bagi pertumbuhan pariwisata dunia dan memiliki keunikan tersendiri dari generasi lainnya.
“Ada perubahan demografi, gen Z dan milenial kini menjadi motor baru pertumbuhan pariwisata dunia dengan minat pariwisata paling tinggi. Karena itu, kita perlu menghadirkan pengalaman yang sesuai dengan preferensi mereka,” kata Widiyanti dalam Tourism Outlook di Jakarta, Rabu.
Widiyanti mengatakan saat ini telah terjadi tiga pergeseran dalam tren pariwisata secara global yaitu sumber wisatawan, demografi dan pola pemilihan destinasi.
Dari sisi demografi, gen Z dan milenial dinilai lebih aktif melakukan pencarian informasi dan inspirasi menggunakan media sosial. Kelompok usia ini juga gemar menjadikan konten para kreator sebagai salah satu cara mengetahui ulasan suatu destinasi wisata bahkan menggunakan generatif kecerdasan buatan (AI) untuk merencanakan perjalanan.
Sementara itu dari sisi motivasi, kedua generasi jauh lebih mementingkan pengalaman dan penyampaian informasi dari pengalaman tersebut.
“52 persen gen Z rela mengeluarkan uang lebih untuk pengalaman berwisata jauh lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya, misalnya baby boomers (yang hanya 29 persen). Perubahan ini membuka peluang besar bagi promosi pariwisata Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya dengan pendekatan digital yang terarah dan berbasis pengalaman, Indonesia bisa menjangkau pasar global dengan cara yang lebih efisien dan lebih personal. Salah satu contoh yang disebutnya telah sukses dikenal dunia adalah Pacu Jalur yang masuk dalam agenda Karisma Event Nusantara (KEN) 2025.
Pacu Jalur meraih puluhan juta impresi di media sosial dan menarik 1,6 juta pengunjung karena promosinya disesuaikan dengan cara generasi muda dalam mencari informasi dan menekankan pengalaman yang autentik.
Selain perubahan demografi, Widiyanti melanjutkan bahwa destinasi yang sebelumnya tidak termasuk dalam top of mind atau detour (tempat yang dekat dengan destinasi utama), kini semakin diminati.
Hal ini disebabkan karena wisatawan mencari pengalaman baru di destinasi unik yang berbeda dari destinasi utama. Perjalanan intra-regional juga akan semakin diminta dan diminati.
Di Asia Tenggara, katanya, perjalanan wisatawan diperkirakan akan meningkat dari 24 persen pada 2023 menjadi 30 persen pada tahun 2030.
“Ini membuka peluang bagi Indonesia untuk mengemas ulang dan memperkaya produk wisata. Menggabungkan destinasi populer dengan destinasi MICE di sekitarnya, menciptakan paket wisata yang lebih autentik,” kata dia.
Potensi ini akan semakin menguntungkan bagi Indonesia karena Widiyanti melihat Indonesia sebagai negara dengan kekayaan yang beragam baik dari sisi alam atau budaya. Destinasi yang berdekatan pun akan menawarkan persona berbeda, mulai dari alam, budaya dan kuliner.
Misalnya, wisatawan ke Bali dapat menikmati pantai dan resort, sekaligus melanjutkan ke Banyuwangi untuk merasakan sisi lain di Pulau Jawa.
“Berdekatan ini juga memungkinkan kita untuk memaksimalkan potensi wisatawan intra-regional dengan mendorong mereka untuk tinggal lebih lama dan menjelajahi lebih banyak tempat di Indonesia,” kata Widiyanti.
