Kota Bogor (ANTARA) - IPB University merancang kurikulum ekonomi biru sebagai bagian penting dari upaya memperkuat kompetensi lulusan sarjana Indonesia dalam menghadapi tantangan keberlanjutan pesisir dan laut di kawasan ASEAN.
IPB University sebagaimana keterangan yang diperoleh di Kota Bogor, Sabtu, melalui STABLE Project menginisiasi Lokakarya Kurikulum, Konten Mata Kuliah, dan Pelatihan Lanjutan di Leibniz Centre for Tropical Marine Research (ZMT) Bremen, Jerman, baru-baru ini.
STABLE Project atau Higher Education Partnership for Blue Economy merupakan proyek strategis di bawah kerangka EU-ASEAN SCOPE Higher Education Connectivity.
Proyek dipimpin oleh Prof Hefni Effendi, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University sekaligus Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP).
Selaku pemimpin STABLE Project, Prof Hefni Effendi mengelaborasi proyek STABLE secara komprehensif yang akan berlangsung selama tiga tahun (2025–2027).
Para akademisi, kata Prof Hefni, merumuskan kompetensi penting yang dibutuhkan lulusan masa depan baik di tingkat sarjana maupun pascasarjana.
Prof Hefni mempresentasikan kurikulum FPIK IPB University untuk empat program magister, yakni Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (SPL), Pengelolaan Sumberdaya Perairan (SDP), Ilmu Kelautan (IKL), Teknologi Kelautan (TEK), bersama dengan lima rencana pembelajaran semester (RPS) mata kuliah.
Langkah tersebut dimulai dari pemetaan interaktif untuk mendefinisikan ekonomi biru.
Selain itu juga umpan balik tentang integrasi modul ekonomi biru ke dalam kurikulum dari presentasi UMT (Master on Tropical Fisheries), University of Bremen (Master on Marine Biology dan Master on ISATEC/International Studies in Aquatic Tropical Ecology), serta University of Groningen (Master on Water and Coastal Management, dan Master on Marine Biology).
Menurut Prof Hefni, prospek masa depan di bidang perikanan, ilmu kelautan, inklusi ilmu sosial, dan ekonomi biru juga menjadi tema utama.
Lokakarya tersebut mempertemukan 19 dosen FPIK IPB University, 4 dosen Universiti Malaysia Terengganu, dan sejumlah mitra Eropa dari ZMT Bremen, University of Bremen (Jerman), dan University of Groningen (Belanda). Hadir Prof Dr Raimund Bleischwitz, Direktur ZMT dan Prof Fredinan Yulianda, Dekan FPIK IPB University.
Peserta turut mengikuti pelatihan lanjutan yang berfokus pada aspek luas pengajaran berbasis penelitian dalam tata kelola berkelanjutan, perikanan, sumber daya kelautan, konservasi laut, karbon biru, transdisiplin, dan ekonomi biru.
Para ahli memberikan masukan tentang teori dan alat (tools) terkini untuk diintegrasikan ke dalam pengajaran, yang mencakup topik-topik seperti impuls tentang ekonomi biru dan akuntansi laut (ocean account); ekologi dan “restorasi” mangrove; transdisiplin, pariwisata, air limbah; bekerja dengan masyarakat dalam pengelolaan air; dan Science LinX (menghubungkan sains dan masyarakat).
Juga terkait ekonomi biru dan keadilan laut (ocean justice); transdisiplin, jalur karang (reef passages); ekologi dan evolusi ikan-pengajaran ekologi ikan di Uni Oldenburg; pemantauan keanekaragaman hayati dan eDNA; kecerdasan buatan (AI) dan penginderaan jauh; penyelaman ilmiah; pemodelan lingkungan untuk analisis skenario terpadu; partisipasi dan peluang penelitian di bawah Horizon Europe, Erasmus, Euraxess, DAAD; dan karbon biru.
“Kami juga mengadakan Lokakarya Proyek Internal untuk menjajaki kolaborasi lebih lanjut dalam program magister dan doktoral bersama, penelitian bersama, pertukaran pelajar, summer school, simposium internasional, hingga diseminasi penelitian,” kata Prof Hefni.
Para peserta juga menyusun rencana untuk menerapkan pembelajaran mereka guna merevisi kurikulum dan konten mata kuliah setelah mendapatkan wawasan dari mitra Eropa. Program kemudian ditutup dengan kunjungan ke fasilitas penelitian canggih Marine Experimental Ecology (MAREE) ZMT Bremen.
Baca juga: Majelis Wali Amanat pilih Alim Setiawan Slamet jadi Rektor IPB
