Jakarta (ANTARA) - Dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta Asep Setiawan menilai bahwa Deklarasi New York yang menegaskan Solusi Dua Negara untuk Palestina dan Israel sebagai pilihan paling realistis untuk perdamaian di Gaza.
“Ke depan memang mau tidak mau, secara realistis, Deklarasi New York tanggal 22 September itu merupakan pilihan yang realistis menurut saya saat ini,” kata Asep dalam seminar yang disaksikan secara daring di Jakarta, Selasa.
Mengingat penderitaan rakyat Palestina, terutama Gaza, Asep menegaskan bahwa fokus global saat ini seharusnya kepada masyarakat Palestina. Setiap negara dan rasa kemanusiaan itu, dinilainya harus fokus kepada upaya untuk mengamankan Gaza.
Kendati Solusi Dua Negara masih menjadi perdebatan, Asep menyampaikan bahwa gagasan tersebut sudah muncul melalui Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1947. Gagasan itu juga yang resmi dianut oleh Indonesia untuk mewujudkan perdamaian di Gaza.
Kendati implementasi Solusi Dua Negara masih sulit dilakukan karena Israel tidak menyetujuinya, akademisi itu menyampaikan bahwa solusi itu salah satu pilihan yang realistis.
Pengakuan negara Palestina melalui Solusi Dua Negara juga sudah mulai diadopsi oleh berbagai negara yang sebelumnya belum mengakui kemerdekaan Palestina.
“Poinnya adalah pengakuan negara-negara besar, seperti Inggris, kemudian Perancis, Kanada dan negara-negara ini termasuk Australia, ini merupakan salah satu angin segar sebelumnya yang kemudian harus ditegakkan. Jadi tidak ada lagi gagasan mengungsikan seluruh Gaza,” ucapnya.
Baca juga: Mewujudkan negara Palestina usai rentetan pengakuan di PBB
Baca juga: Macron: Israel tak akan capai keamanan dan stabilitas jika terus berperang dengan tetangga
Baca juga: 142 negara anggota PBB adopsi implementasi Solusi Dua Negara untuk penyelesaian Palestina
