Jakarta (ANTARA) - Mantan menteri luar negeri RI Marty Natalegawa memandang Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 sebagai hasil dari kepemimpinan transformatif para pemimpin yang memperjuangkan dunia yang lebih baik dan adil.
Meski menghadapi bermacam masalah dan tantangan domestik, pemimpin dari 29 negara di Asia dan Afrika berkumpul di Bandung, Jawa Barat, untuk mengikuti KAA dan berhasil mewujudkan perubahan dunia, kata Marty di Jakarta, Rabu.
“Para pemimpin saat itu tak hanya datang ke suatu acara dan tampil berfoto bersama, namun mereka sungguh-sungguh menunjukkan kepemimpinan transformatif,” ucap Marty dalam agenda peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika oleh CSIS Indonesia.
Baca juga: 70 tahun KAA - Dasasila Bandung makin relevan diterapkan atasi situasi dan tantangan dunia kini
Menlu RI periode 2009—2014 itu mengatakan bahwa transformasi tersebut terbukti dari meningkatnya jumlah negara yang merdeka setidaknya dalam dua dasawarsa setelah KAA selesai.
“Bayangkan, ketika tahun 1955 hanya ada 76 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tapi dua dekade kemudian pada akhir tahun 1975 jumlahnya naik hampir dua kali lipat menjadi 144 negara,” kata dia.
