Jakarta (ANTARA) - Kemajuan teknologi terus berkembang pesat dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk di dunia olahraga.
Dalam dunia modern, penerapan teknologi dalam olahraga dikenal dengan istilah sport science. Ilmu ini mencakup berbagai disiplin seperti fisiologi, biomekanika, psikologi olahraga, dan nutrisi yang diterapkan secara sistematis untuk meningkatkan performa atlet.
Pelatih timnas U-20 Indonesia Indra Sjafri mengungkapkan, pentingnya sport science sempat disampaikan Presiden ketiga Indonesia BJ Habibie.
“Saya masih ingat sebelum Pak Habibie meninggal. Dua hal yang dia sampaikan ke saya, 'Coach, tidak bisa lagi kita mengelola apa pun, termasuk sepak bola, dengan cara-cara konvensional. Pakai Ilmu pengetahuan dan teknologi',” ujar Indra.
Teknologi dalam olahraga yang dimaksud oleh Habibie adalah sport science, yang kini menjadi faktor kunci dalam pengembangan atlet. Negara-negara dengan prestasi olahraga tinggi seperti Amerika Serikat, China, dan berbagai negara Eropa sudah menerapkannya sejak pertengahan abad ke-20.
Di Amerika Serikat, perkembangan sport science mulai pesat pada 1950-an dengan berdirinya American College of Sports Medicine (ACSM). China mengembangkan sport science secara intensif setelah kembali berpartisipasi di Olimpiade 1984. China membangun pusat penelitian olahraga yang mendukung analisis biomekanika, nutrisi, serta pemantauan psikologis dan fisiologis atlet. Hasilnya terlihat dalam keberhasilan di Olimpiade Beijing 2008.
Di Eropa, Jerman dan Inggris merupakan dua negara dengan investasi besar di bidang sport science. Akademi olahraga di Leipzig, Jerman, telah menjadi pusat penelitian utama sejak 1960-an. Inggris, yang mulai berbenah sejak Olimpiade 1996, berinvestasi besar dalam sport science dan mendirikan English Institute of Sport untuk mengembangkan atlet berbasis data.
Federasi olahraga di Indonesia yang mulai serius menerapkan sport science adalah PSSI.
Pada awal 2024, PSSI mulai memperkuat penerapan sport science melalui kerja sama dengan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdepan dalam pengkajian bidang itu di Indonesia, serta membangun Training Center (TC) di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Selain itu, federasi juga bekerja sama dengan RS Abdi Waluyo dalam pengembangan sport medicine, yang mencakup pendampingan kesehatan fisik dan mental atlet.
PBSI Sport Science Analytics adalah platform berbasis website yang diperkenalkan pada tahap pertama pengembangannya ini berfungsi sebagai pangkalan data kondisi atlet, catatan kejadian yang berhubungan dengan kesehatan, kebugaran, dan cedera.
Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga Taufik Hidayat yang juga Wakil Ketua Umum I PBSI menjelaskan bahwa pilot project program ini telah dicoba oleh Tim Ad Hoc Olimpiade Paris 2024.
Platform itu merupakan transformasi dari data manual ke digital.
Teknologi di dunia sekarang ini bukan lagi dalam perlombaan membuat robot, akan tetapi dalam kompetisi menciptakan otak yang sempurna untuk robot guna membantu manusia dalam berbagai bidang.
Baca juga: Pelti rencanakan program sport science di 10 provinsi dorong prestasi atlet
Baca juga: Sport science bulu tangkis
Baca juga: PBSI luncurkan platform "Sport Science Analytics" untuk menunjang performa atlet