Jakarta (ANTARA) - Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) meluncurkan platform PBSI Sport Science Analytics untuk menunjang performa atlet melalui data dan ilmu keolahragaan.
Ketua Umum PP PBSI Muhammad Fadil Imran mengatakan PBSI Sport Science Analytics adalah platform berbasis website yang pada tahap pertama pengembangannya berfungsi sebagai pangkalan data kondisi atlet, catatan kejadian yang berhubungan dengan kesehatan, kebugaran dan cedera, serta rekomendasi intervensi dan program pengembangan dari tim pendukung yang meliputi tim medis, fisioterapi, dan nutrisi.
Fitur-fitur utama dalam platform ini adalah input data terintegrasi, logbook dari bidang-bidang, dan komparasi atlet.
“Platform yang diluncurkan saat ini bersifat rintisan, masih belum sempurna, dan akan terus dikembangkan untuk membangun ekosistem sport science yang komprehensif. Untuk itu kami juga menggandeng para profesional dan pakar,” kata Fadil dalam acara peluncuran di Pelatnas PBSI di Cipayung, Jakarta Timur, Senin.
Baca juga: Sejumlah pelatih dikabarkan akan tinggalkan Pelatnas PBSI akhir tahun ini
Baca juga: PBSI umumkan Kevin Sanjaya resmi mundur dari pelatnas
Fadil menambahkan, pada tahap pengembangan selanjutnya, platform ini dapat menyambungkan informasi dari tim pendukung kepada tim pengguna informasi, seperti pelatih teknik, pelatih fisik, fisioterapis, dokter, hingga katering, dan mencatat bagaimana intervensi dijalankan, serta dampaknya terhadap performa atlet.
Selain meluncurkan platform, pada saat yang sama PBSI juga melakukan pengukuran pertama kondisi atlet yang menjadi baseline bagi pengembangan database ke depan.
Para atlet yang sedang berada di pelatnas menjalani serangkaian tes yang terdiri dari pengukuran profil medis umum, profil antropometri atau dimensi tubuh manusia yang mencakup ukuran, proporsi, dan komposisinya, profil kebutuhan nutrisi, profil kebugaran dan tingkat kelelahan, komponen biomotor, serta screening aspek fisioterapis untuk mencatat riwayat cedera, ruang gerak sendi, otot, dan kontraksi maksimal otot.
Baca juga: Begini rangkaian turnamen tahunan BWF di Indonesia
Koordinator Tim Pendukung PBSI Nanang Kusuma melanjutkan, sport science meliputi pemanfaatan sains sehingga program latihan dan intervensi lainnya lebih terukur, terdata, dan tertata.
“Apalagi dibantu dengan platform yang memungkinkan semua data dan informasi terintegrasi dalam satu tempat, sehingga perencanaan latihan dapat lebih akurat,” ujar dia.
Analis performa di Tim Ad Hoc Olimpiade Paris 2024 itu menambahkan, untuk tahap berikutnya sudah disiapkan screening psikologis sebagai dasar pemberian latihan mental, kemudian screening performa teknik untuk mengetahui secara kuantitatif technical error atau enforced error.
Terakhir adalah pematangan software untuk menentukan strategi yang dipersiapkan menghadapi setiap pertandingan. Metode ini akan menggunakan basis algoritma kecerdasan buatan.
“Tahap rintisan yang kita luncurkan hari ini menghasilkan integrated athlete monitoring system untuk memantau training load, performance recording, baik secara harian, mingguan dan bulanan,” kata Nanang.