Jakarta (ANTARA) - Tokoh cendekiawan Islam Indonesia Din Syamsuddin menilai bahwa Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Indonesia Jusuf Kalla (JK) telah berjasa dan berkiprah dalam penciptaan perdamaian di dunia dan di dalam negeri.
“Sangat tepat Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan penghargaan berupa anugerah Peace Mujahid Award dan Diplomacy Mujahidah Award pada kedua figur tokoh Indonesia yang memang berjasa dan berkiprah nyata di dalam menciptakan perdamaian rekonsiliasi di dunia dan di dalam negeri,” kata Din dalam video sambutannya di Jakarta, Kamis.
Din mengatakan, Menlu Retno dapat dikatakan sebagai seorang pejuang atau mujahidah untuk kemerdekaan Palestina. Hal ini tercermin dari pidato-pidato yang disampaikan Menlu, khususnya saat Sidang Majelis Umum PBB.
Baca juga: Petisi daring tolak Din Syamsuddin sebagai individu radikal capai angka 12.438
Baca juga: Din Syamsuddin: Abdul Fadjar akrab dengan aktivis muda
Menurut Din, memperjuangkan kemerdekaan Palestina merupakan sikap yang tepat karena bertolak dari amanat konstitusi Indonesia yaitu mewujudkan perdamaian abadi dan menghapus semua bentuk penjajahan dari muka bumi.
Din juga menilai bahwa Menlu Retno merupakan seorang perempuan yang tegas dalam menyuarakan sikap dan pikiran rakyat Indonesia untuk Palestina.
“Terakhir, bahkan beliau dengan lantang menentang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang beralasan bahwa serangan Israel atas Gaza, termasuk atas Lebanon Selatan, dan genosida yang dilakukannya adalah bentuk balas dendam. Jelas ini tidak benar dan tidak merupakan fakta,” kata dia.
Di sisi lain, kata Din, Jusuf Kalla merupakan seorang pencipta perdamaian yang sejati atau seorang reconciler yang cenderung untuk mengatasi konflik-konflik, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Baca juga: Din Syamsuddin ungkapkan mimpi Bahtiar Effendy yang belum terwujud
Din menyebutkan, JK berhasil untuk mendamaikan kedua kelompok yang berkonflik yang telah menciptakan pertumpahan darah, baik di Poso maupun di Ambon. JK juga ikut menciptakan perdamaian pada konflik Rohingya dan konflik Mindanao, Filipina.
Terakhir, ujar Din, JK dengan caranya sendiri berusaha untuk menghubungi pimpinan Hamas bahkan bertemu dengan almarhum Ismail Haniyeh. JK juga berusaha menemui pimpinan dan tokoh-tokoh dari Fatah karena menurutnya persatuan antara Fatah dan Hamas adalah pilar bagi perjuangan rakyat Palestina dan kemerdekaan Palestina.
“Saya menyaksikan dari jarak dekat bagaimana beliau (JK) berdiplomasi untuk menciptakan perdamaian. Saya kebetulan mendampingi beliau mengundang, baik pimpinan Hamas maupun pimpinan Fatah, untuk datang ke Jakarta agar mereka berdamai. Sekali lagi bagi beliau, inilah pilar bagi perdamaian antara Palestina dan Israel,” kata Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Muhammad itu.*