Jakarta (ANTARA) - Brawijaya Hospital Saharjo menghadirkan layanan unggulan Brawijaya Oncology Center yang merupakan layanan multidisiplin yang komprehensif untuk pencegahan dan pengobatan penyakit kanker serviks.
Direktur Utama Brawijaya Hospital Saharjo yang juga seorang dokter konsultan Onkologi Dr. dr. Chamim, SpOG Subs.Sp (Onk) dalam keterangannya, Sabtu mengatakan risiko perkembangan kanker termasuk tingkat onkogenisitas tipe HPV, status kekebalan, adanya infeksi menular seksual lainnya, jumlah kelahiran, usia kehamilan pertama yang masih muda, penggunaan kontrasepsi hormonal, dan merokok.
Ada beberapa pilihan pengobatan kanker serviks, mulai dari pembedahan hingga kemoterapi dan terapi radiasi. Faktor yang paling penting adalah pemeriksaan rutin kanker serviks untuk mengetahui apakah kanker tersebut masih dalam tahap awal atau dalam tahap prakanker.
Jika diketahui sejak dini, pengobatan dapat dimulai sebelum menyebar ke organ lain dan mengurangi kemungkinan kekambuhan.
Dr. dr. Chamim, SpOG Subs.Sp (Onk) menegaskan, skrining kanker sangat penting karena akan membantu menemukan risiko dan stadium awal kanker dengan cepat sehingga pengobatan dapat dimulai sebelum menyebar.
Saat ini Brawijaya Hospital Saharjo memiliki layanan unggulan yaitu Brawijaya Oncology Center. Sebuah pusat layanan Onkologi Brawijaya Hospital Saharjo yang dihadirkan dalam upaya pencegahan dan pengobatan penyakit kanker yang saat ini semakin meningkat.
Melalui konsep layanan multidisiplin yang komprehensif dan didukung oleh tim dokter spesialis yang profesional dan berpengalaman. Pusat Layanan Onkologi membantu pasien sejak tahap skrining (deteksi dini), diagnosis, terapi pembedahan dan medical (kemoterapi, hormonal terapi, target terapi, dan lain-lain), follow-up, rehabilitasi, serta terapi suportif dan paliatif pada kanker stadium lanjut.
Tenaga perawat yang berpengalaman dan ramah akan memberikan perawatan yang holistik bagi para pasien.
Kanker serviks adalah salah kanker yang paling umum keempat pada wanita secara global dengan sekitar 660.000 kasus baru dan sekitar 350.000 kematian pada tahun 2022.
Dalam beberapa kasus, satu-satunya tindakan adalah perawatan paliatif untuk jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, kanker serviks menjadi perhatian dan observasi yang cermat atau pemeriksaan tahunan.
Karena deteksi dini dapat mengarah pada pengobatan segera dan peluang untuk pengobatan dini pada perjalanan penyakit.
Kanker serviks adalah sel-sel kanker yang tumbuh pada leher rahim, sehingga dikenal juga sebagai kanker leher rahim. Kanker ini biasanya baru menunjukkan gejala ketika sudah memasuki stadium lanjut.
Oleh karenanya, penting bagi para perempuan untuk melakukan deteksi kanker serviks sejak dini. Di Indonesia, selain kanker payudara, kanker serviks merupakan jenis kanker kedua yang paling ditakuti dan banyak terjadi pada perempuan.
Human papillomavirus (HPV) adalah infeksi menular seksual umum yang dapat menyerang kulit, area genital, dan tenggorokan. Hampir semua orang yang aktif secara seksual akan tertular pada suatu saat dalam hidupnya, biasanya tanpa gejala. Dalam kebanyakan kasus, sistem kekebalan membersihkan HPV dari tubuh.
Infeksi HPV risiko tinggi yang terus-menerus dapat menyebabkan berkembangnya sel-sel abnormal, yang kemudian menjadi kanker.
Infeksi HPV yang persisten pada leher rahim (bagian bawah rahim, yang membuka ke dalam vagina - juga disebut jalan lahir) jika tidak diobati, menyebabkan 95 persen kanker serviks. Biasanya, diperlukan waktu 15-20 tahun bagi sel abnormal untuk berubah menjadi kanker.
Namun pada wanita dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti HIV yang tidak diobati, proses ini bisa lebih cepat dan memakan waktu 5-10 tahun.
Brawijaya Hospital Saharjo hadirkan layanan unggulan Brawijaya Oncology Center
Sabtu, 10 Agustus 2024 18:22 WIB