Hingga saat ini minyak mikroalga masih banyak dikembangkan dan dijadikan sebagai sumber energi terbarukan seperti biofuel, biodiesel, biogas, dan lain sebagainya.
Minyak mikroalga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu komposisi dalam beberapa jenis kosmetik. Akan tetapi, belum banyak penelitian yang mengarah pada minyak mikroalga yang dimanfaatkan dalam bidang kosmetik.
Jenis kosmetik yang salah satu komposisinya minyak, diantaranya lipstik, shampo, sabun cair, masker, lotion, dan lain sebagainya.
Saat ini banyak beredar kosmetik yang komposisinya menggunakan minyak babi.
Oleh karena itu, membuat Rifki Anugerah mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB) dan tim yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) melakukan penelitian terhadap minyak mikroalga sebagai bahan sediaan kosmetik yang berbasis lokal.
Judul PKM yang mereka ajukan yaitu ''Sediaan Bahan Kosmetik Lokal Berbasis Minyak Mikroalga Kaya Antioksidan''.
Rifki menjelaskan bahwa penggunaan mikroalga dikarenakan alga tersebut mengandung sumber pigmen alami yang aman digunakan dalam kosmetik. Pigmen warna yang dihasilkan seperti pigmen hijau, pigmen biru, pigmen kuning, coklat dan pigmen merah. Mikroalga sendiri merupakan organisme bersel satu yang mampu mengubah energi matahari menjadi energi kimia dengan mudah.
Mikroalga mampu hidup baik di ekosistem perairan manapun. Mikroalga mempunyai kelebihan yaitu pertumbuhan cepat, produktivitas tinggi dan juga mampu menghasilkan minyak 200 kali lebih banyak dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan penghasil minyak (kelapa sawit, jarak pagar, dan lain-lain) pada kondisi terbaiknya.
Menurut penelitian mikroalga memiliki kandungan antara lain protein, karbohidrat, minyak nabati (lipid), mineral, dan asam nukleat.
Kandungan minyak dalam mikroalga berbentuk gliserol dan asam lemak. Kandungan minyak yang terdapat di dalamnya sangat bervariasi tergantung dari kondisi lingkungan tempat tumbuhnya mikroalga tersebut.
Pengambilan minyak dari mikroalga merupakan langkah yang menentukan dalam upaya peningkatan hasil minyak nabati yang dapat diperoleh dari mikroalga, sehingga perlu suatu upaya untuk memaksimalkan minyak yang dapat terambil dalam suatu proses ekstraksi.
Rifki mengatakan, ekstraksi tersebut bertujuan untuk memisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair. Berdasarkan penelitian juga menunjukkan bahwa proses ekstraksi minyak mikroalga jenis 'Spirulina' sp. basah volume 75 ml menggunakan metode perkolasi dengan pelarut etanol dan lama perendaman enam jam menghasilkan minyak alga sebesar 77,24 persen.
''Dalam penelitian ini kami menggunakan mikroalga 'Spirulina' sp. sebagai bahan sediaan kosmetik,'' katanya.
Ke depan mereka berharap minyak mikroalga ini nantinya akan mampu menggantikan penggunaan minyak babi sebagai komposisi dalam kosmetik jenis tertentu, disamping itu pemanfaatan bahan lokal menjadi lebih optimal dan lebih banyak digunakan sebagai bahan sediaan kosmetik di Indonesia. (AT/NM).
Mahasiswa IPB Ganti Minyak Babi Pada 'Kosmetik' Dengan 'Minyak Mikroalga'
Minggu, 11 Juni 2017 15:15 WIB
Dalam penelitian ini kami menggunakan mikroalga 'Spirulina' sp. sebagai bahan sediaan kosmetik.